Surabaya (KN) – Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf meminta kepada mahasiswa untuk mewaspadai generasi individualis di era globalisasi. Saat ini, banyak anak muda yang ketergantungan terhadap gadget sehingga menjadi generasi individualis. Tidak ada saling bertegur sapa, mengapresiasi satu sama lain, dan komunikasi personal antara individu.Hal tersebut disampaikannya saat menjadi Keynote Speaker Darul Aqram Madya 2016 Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Surabaya “Era Gerakan Baru IMM Reposisi Gerakan Mahasiswa dalam Menyikapi Hegemoni Neo Liberalisme” di Kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jumat (13/5/2016).
Saifullah Yusuf mengatakan, masuknya era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat muncul lifestyle atau tren gaya hidup individualis. Kehidupan yang guyub, saling bertanya kabar satu sama lain semakin berkurang. Inilah salah satu dampak adanya kemajuan globalisasi, teknologi dan liberalisme yang masuk melalui cara hidup kita.
“Orang menjadi individualis, merasa sendirian sudah cukup. Bahkan mungkin sama orang tuanya sendiri lupa. Era sekarang ini menjadikan dunia yang dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi dekat,” ujar Gus Ipul sapaan lekat Wagub Jatim.
Lebih lanjut disampaikannya, masyarakat telah berada di era globalisasi. Era ini mau menyamaratakan paling tidak yang menyangkut hal-hal kehidupan bersama. Peran pemerintah semakin berkurang, peran swasta semakin meningkat, kehidupan privacy dihargai.
“Dulu kalau ada tetangga atau keluarga yang punya gawe, kita datang ikut membantu. Namun di dalam liberalisme, globalisasi, tidak ada azas kekeluargaan, interaksi gotong royong yang dimiliki Bangsa Indonesia. Untuk itu kepada para mahasiswa harus mempelajari secara betul liberalisme, neoliberalisme agar terhindar dari dampak negatifnya,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Gus Ipul menjelaskan, neoliberalisme ditekankan pada empat hal yakni penggaran ketat dan penghapusan subsidi, liberalisasi sektor keuangan, liberalisasi perdagangan, dan privatisasi BUMN. Semuanya ditentukan oleh pasar. Pasar itu melayani yang memiliki uang. Akan tetapi di Indonesia kehadiran pemerintah menjadi hal yang penting untuk melindungi orang yang membutuhkan.
“Indonesia memiliki ideologi Pancasila. Keberadaan pemerintah menjadi penting untuk membantu masyarakat. Kalau masyarakat tidak bisa makan, membutuhkan dana, maka akan dibantu. Jangan sampai masyarakat kecil kalah dalam pasar bebas,” imbuhnya.
Gus Ipul juga mengharapkan mahasiswa menjadi motor penggerak melalui ide-ide kreatif. Para mahasiswa harus bisa tampil ke depan untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar tidak dikuasai orang asing. (yo)