KORAN NUSANTARA
Headline indeks Lapsus

Green Building Awareness Award 2014, Upaya Konkret Pemkot Surabaya Dalam Menerapkan Manajemen Ramah Lingkungan

Water -Place -ResidenceSurabaya (KN) – Kota Surabaya merupakan kota metropolitan dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Jawa Tmur. Seiring dengan perkembangan tersebut, banyak sekali bangunan-bangunan komersil bermunculan di Surabaya. Khususnya hotel dan apartemen.Berdirinya bangunan-bangunan baru ini tentu membawa dampak lingkungan. Selain itu juga perlu energi yang besar. Misalnya untuk listrik dan air. Setiap pembangunan tentu mengakibatkan perubahan di lingkungan sekitarnya.

”Energi itu semakin lama semakin mahal. Karena itu. Pembangunan gedung harus menghemat energi. Selain  penggunaan energi listrik juga harus dievaluasi, bahan-bahan bangunan juga diarahkan tidak hanya mementingkan desain, tapi kenyamanan dan keramahan lingkungan.

Kebutuhan tempat tinggal yang nyaman dan sehat tentunya sudah menjadi sebuah keharusan bagi   Surabaya kota terbesar kedua di Indonesia ini. Dengan jumlah penduduk sekita 3 juta lebih serta mobilitas warga yang ada di dalamnya, sudah sepantasnya kota pahlawan mulai menerapkan konsep bangunan ramah lingkungan atau Green Building.

Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya menyebutkan, saat ini ada sekitar 59 bangunan gedung mall, hotel, apartemen dan perkantoran yang menerapkan prinsip-prinsip Green Building. Baik untuk gedung perkantoran, mall (pusat perbelanjaan, maupun hotel dan apartemen. Selanjutnya bangunan tersebut diikutkan Green Building Awareness Award (GBAA) 2014.

Dalam beberapa kesempatan, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan, GBAA merupakan upaya konkret Pemkot Surabaya dalam menggugah para pemilik bangunan maupun pengelola gedung agar menerapkan manajemen ramah lingkungan. Bentuknya berupa penilaian terhadap gedung-gedung yang ada di kota pahlawan.

Bangunan di Surabaya yang telah menerapkan prinsip ramah lingkungan salah satunya adalah Apartemen Water Place Residence. Apartemen yang terletak di kawasan Jl Pakuwon Indah Lontar Timur Surabaya ini berhasil mamadukan dua bangunan berbeda dalam satu konsep yang menarik.

Water Place Residence dibangun di atas lahan seluas 4,2 hektar. Bangunan mereka terdiri 33 lantai dengan 7 gedung. Enam gedung untuk apartemen dan satu gedung berupa hotel.

Penerapan konsep bangunan ramah lingkungan sebenarnya bukan hal yang baru bagi apartemen yang terletak di Surabaya Barat tersebut. Sebab penerapan bangunan berwawasan lingkungan sudah mereka lakukan sejak tahun 2009.

Penghematan energi misalnya. Jika sebelumnya mereka menerapkan sistem otomatis untuk sejumlah elektronik seperti Air Conditioner (AC) dan lampu, kini semua dirubah dengan menggunakan timer.

“Kalau kita pakai otomatis, namanya manusia kan ada lupanya ketika mau keluar atau kemana. Kalau memakai timer semua pengeluaran energi yang dikeluarkan bisa kita atur,” ujar Building Manager Water Place Residence, Melly Muryana.

Selain itu, cara lain yang dilakukan Water Place Residence untuk menghemat energi adalah dengan tidak banyak memakai kaca dalam setiap lorong yang mereka miliki. Mereka juga memiliki banyak ruang terbuka untuk mengoptimalkan sirkulasi udara dan pencahayaan yang masuk.

“Ada banyak manfaat yang kita rasakan dengan menerapkan bangunan ramah lingkungan. Contoh kecilnya, setiap bulan kita bisa menekan pengeluaran antara Rp 100 juta-Rp 200 juta,” ungkap Melly Muryana.

Menyadari bahwa jumlah penghuni di apartemen mereka yang cukup banyak, yaitu mencapai 1200 orang, pihak apartemen juga mampu memanfaatkan air limbah yang dihasilkan dengan baik. Sejak 2 tahun lalu, Water Place Residence menerapkan teknologi daur ulang air (recycle) dan hasilnya digunakan untuk menyiram seluruh taman yang mereka miliki.

“Dengan teknologi pengelolaan air limbah yang kita hasilkan, kita tidak perlu mahal-mahal membeli air PDAM untuk menyiram taman yang kita miliki,” ujarnya.

Kenyamanan dan kenikmatan penghuni juga tidak luput dari perhatian manajemen Water Place Residence. Dari total luas bangunan yang mereka miliki, sekitar 60 persenya dimanfaatkan sebagai lahan terbuka hijau. Harapannya, para penghuni bisa merasa nyaman ketika beristirahat di sekitar area kolam renang.

“Yang pasti di apartemen kami lebih sejuk karena banyak pepohonan dan lebih rindang. Kita juga memberlakukan pemisahan antara sampah basah dengan yang kering,” papar Melly.

Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeko, A.A Gede Dwi Djajawardana, ST, MT menyatakan, pemerinath kota harus memberikan pemahaman kepada warga termasuk pemilik gedung maupun pengelola pentingnya penerapan green building. Mengingat visi misi Surabaya adalah mewujudkan kota berwawasan lingkungan.

“Sebenarnya yang diuntungkan dengan penerapan Green Building adalah mereka sendiri. Misalnya pembayaran listrik yang sebelumnya bisa jauh ditekan,” kata Dwija.

Begitu juga ketika gedung tersebut menerapkan prinsip green building seperti penerepan teknologi pengelolaan air limbah, mereka bisa memanfaatkan air yang telah didaur ulang untuk beberapa keperluan seperti menyiram tanaman.

Sementara Dr. Maria Anityasari, ST, ME pakar dari ITS menegaskan, Kota Surabaya telah menjadi pioneer dalam mewujudkan Green City dan Eco City. Menurut Maria, bangunan gedung itu berumur panjang, 20-30 tahun. Jika bangunan tidak didesain dengan konsep Green Building, maka akan berpotensi menyumbang pemanasan global.

Apalagi, berdasarkan data dari Leadership in Enviromental Design (LEED), bangunan gedung menyumbang sampai 50 persen karbon. “Untuk bisa seperti itu, yang harus dilakukan yakni memberikan pengetahuan, acuan dan pedoman, memberikan pendampingan teknis, serta memberikan reward dan punishment. Dan yang tidak kalah penting, kegiatan ini bukan upaya sporadis, tetapi masyarakat diberi kesadaran,” ujar Maria. (anto)

Related posts

Wali Kota Eri Cahyadi Apresiasi Batik Motif Surabaya Maritim Binaan Pelindo

kornus

Warga Sedati Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Rumahnya

kornus

SUB PIN Polio Putaran Pertama di Kota Surabaya Capai 94 Persen

kornus