Surabaya (KN) – Kuasa hukum Erick Reginal Tahalele yang mengalami penganiayaan saat rapat Badan Anggaran (Banggar) dan Badan Musyawarah (Banmus) DPRD Surabaya, Ketua DPD Partai Golkar Surabaya Adies Kadir bersama Abdul Salam SH, memberikan keterangan persnya, Selasa (13/12) di ruang Pers Room DPRD Surabaya.Menurut Abdul Salad, usai melapor ke Polrestabes Surabaya, Erick menjalani visum et repertum di RSUD dr Soewandhie. Bahkan usai di visum, Erick yang mengalami shock, saat diukur tekanan darahnya justru naik jadi 200 mmHg. Atas kondisi itu, Erick pun langsung menjalani rawat inap di Rumah Sakit dr Soewandi.
“Saat ini Pak Erick belum bisa memberi keterangan, tapi ada beberapa saksi yang diperiksa di Polrestabes Surabaya. Bahkan dari keterangan di Kepolisian, Erick itu dipukul dan jika tak ditahan temannya, sudah terjatuh,” ujar Abdul Salam.
Abdul Salam juga menyatakan, jika Erick mengalami luka di kelopak mata bawah sebelah kiri dan kacamatanya pecah karena terjatuh. Kini kacamata itu jadi barang bukti di Kepolisian.
“Kita telah melaporkan penganiayaan itu. Ada perbuatan saat Erick sedang menjalankan tugas negara yaitu rapat Banggar dan Banmus. Ini ada hal yang tak wajar,” kata Abdul Salam.
Atas kejadian ini, Fraksi Partai Golkar DPRD Surabaya dan DPD Partai Golkar Surabaya mengecam tindakan arogansi Plt Sekretaris DPRD Surabaya Hari Sulistyowati terhadap anggota Komisi A Erick Reginal Tahalele. Pemukulan Hari terhadap sekretaris Fraksi Golkar itu bahkan sudah sampai ke ranah hukum.
“Saya mengecam tindakan Plt Sekretaris Dewan yang tak punya hak bicara di rapat dewan apapun itu, kecuali ditanya atau dimintai keterangan. Tak hanya itu saja, penganiayaan ini terjadi saat anggota Fraksi kami menjalankan tugasnya. Sebagai partai, kami sangat mengecam tindakan ini,” ujar Adies Kadir, penasihat Fraksi Golkar dan Ketua DPD Partai Golkar Surabaya kepada wartawan, Selasa, (13/12).
Mengenai proses hukum kasus ini, Adies meminta Polrestabes mengusut tuntas agar bisa diketahui siapa yang benar dan siapa yang salah. Fraksi dan Partai Golkar juga mengimbau kepada Walikota Surabaya untuk menindak Plt Sekretaris Dewan ini karena Plt ada di bawah Walikota. “Tindak tegas Plt Sekwan, kami tak ingin anggota DPRD dibuat seperti itu. Seluruh anggota dewan nanti takut menggelar rapat karena takut dipukul,” ujar Adies lagi.
Adies menuntut agar Walikota mencopot dan memutasi Hari Sulistyowati. Fraksi Golkar meminta agar Walikota mencarikan pengganti Sekretaris Dewan yang baik untuk DPRD. “Kami di Fraksi Golkar tak bisa memertahankan Sekretaris Dewan seperti ini, kami teman-teman di Golkar juga meminta kepada pimpinan agar tak mempertahankan pejabat Sekretaris Dewan yang seperti ini.
Adies menceritakan, peristiwa penganiayaan itu berlangsung pada Selasa (13/12), sekitar pukul 11.00. Saat itu, Badan Anggaran dan Badan Musyawarah membahas masalah anggaran dewan. Erick Reginal Tahalele yang juga anggota Komisi A menginterupsi masalah anggaran mamin dewan sebesar Rp66 miliar.
Erick menginterupsi agar kunjungan kerja dewan yang dua kali jadi satu kali, anggaran makan dan minum yang semula 66 kali rapat jadi 40 kali rapat. Namun menurut ketua DPRD Surabaya Wishnu Wardhana, jika masalah itu jadi domain pimpinan dan biar pimpinan dewan yang memutuskannya.
Menurut Erick, dirinya percaya para pimpinan tapi tetap anggota harus diberi salinan soal anggaran itu. Namun Erick mengaku jika anggota kurang percaya terhadap Sekretariat Dewan karena dikhawatirkan salah ketik, karena itu perlu salinan data itu untuk koreksi.
“Saat itu saya melihat jika Bu Hari (Sekretaris DPRD Hari Sulistyowati, red) beberapa kali berdiri untuk interupsi. Erick mengatakan, Bu Hari duduk dulu karena dirinya masih bicara. Lalu Bu Hari berjalan menuju Erick, dan Erick sambil menunjuk ke Bu Hari untuk meminta yang bersangkutan duduk. Bu Hari tetap berjalan ke arah Erick dan tanpa disangka, tangan kanan Bu Hari sudah menuju wajah Erick. Tiba-tiba banyak teman dewan yang melewai. Saya juga dengar Bu Ratih (anggota Komisi A, red) berteriak jika Bu Hari yang memukul duluan. Bahkan dalam kejadian yang krusial itu, Titin (Agustina Poliana dari Komisi B, red) juga terkena di bibirnya,” ungkap Adies Kadir. (anto/Jack)
Foto : Adies Kadir bersama Abdul Salam