KORAN NUSANTARA
Headline indeks Jatim

Dinkes Jatim : Surabaya Wilayah Rawan Penyakit DBD Terburuk di Jawa Timur

Surabaya (KN) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur mengajak masyarakat agar mewaspadai penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang diprediksi mengalami puncaknya pada Januari 2015.Dari pantauan Dinkes Jatim, Kota Surabaya masih menjadi wilayah rawan DBD terburuk di Jatim. Kenaikan angka penderita naik 100 persen , pada 2013 sebanyak 2.213 orang sementara tahun 2012 sebanyak  1.091 orang. Sementara jumlah korban meninggal di Surabaya setiap tahunnya mengalami penambahan yaitu tahun 2012 sebesar 6 orang, 2013 sebanyak 15 orang.

Kepala Dinkes Jatim, dr Harsono, di Surabaya, Selasa (13/1/2015) mengatakan, jumlah penderita penyakit DBD pada bulan Januari pada lima terakhir sebanyak 5.599 kasus di 2010, 1.035 kasus di tahun 2011, 3.264 kasus di 2013, 973 kasus di tahun 2014.

“Di bulan Desember 2012 jumlah kasus DBD di Jatim tinggi yaitu 1.225 kasus. Biasanya bulan Januari tinggi-tingginya kasus DBD”, ujar Harsono.

Tingginya kasus DBD pada bulan Januari diduga kerena bertepatan dengan musim penghujan dan buruknya perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Untuk musim penghujan biasanya banyak genangan air yang tidak bisa mengalir, sehingga berpotensi besar dalam pengembangbiakan bibit nyamuk aedes aigypty. “Diharap di musim penghujan ini masyarakat dapat mengatisipasinya dengan cara Menguras Menutup dan Mengubur barang bekas,” tuturnya.

Lebih lanjut dikatakannya, jika dilihat hingga akhir 2014, jumlah kasus DBD di Jatim mengalami penurunan dibanding 2013.  Pada 2014 jumlah kasus DBD sebesar 6.560 orang, sedangkan 2013 mencapai 14.936 orang.

Di tahun-tahun sebelumnya (2010, 2011, dan 2012) jumlah penderita DBD di Jatim mengalami pasang surut. Tahun 2010 kasus DB mencapai 26.059 orang, tahun 2011 sebanyak 5.420 orang dan tahun 2012 sebanyak 8.257 orang. “Untuk kasus DB terbanyak hingga lima tahun terakhir terjadi padatahun 2010 sebanyak 26.059 orang,” ucapnya.

Untuk mengatasi persoalan ini, Dinkes Jatim akan berkordinasi dengan semua pihak dalam menggalakkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), menggalakan fogging, penyediaan logistik berupa insektisida, larvasida dan mesin fogging. “Kami berusaha semaksimal mungkin karena kasus DBD dapat menyebabkan kematian,” tuturnya.

Sementara Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono menyatakan, saat ini penularan penyakit DBD di beberapa daerah mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah pertumbuhan populasi nyamuk yang sangat tinggi. ”Penambahan populasi nyamuk ini tidak lain karena didukung oleh faktor hujan, sehingga musim penghujan perkembangbiakan nyamuk sangat tinggi,” ucapnya. (rif)

 

Related posts

Peringatan Haul ke-44, Gubernur Khofifah Dukung Penuh Pengajuan KH. M. Bisri Syansuri Jadi Pahlawan Nasional

kornus

Sekdaprov Jatim Ajak Nelayan Jaga Ekosistem Laut

kornus

Komisi B DPRD Surabaya Sidak Pasar Mangkrak di Tenggilis

kornus