KORAN NUSANTARA
Headline indeks Jatim

Dinkes Jatim Minta Masyarakat Sekitar Gunung Raung Pakai Masker

erupsi_gunung_raungSurabaya (KN) – Guna mengantisipasi bahaya abu vulkanik Gunung Raung, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim meminta kepada warga yang berada di wilayah Kabupaten seperti Banyuwangi, Jember dan Bondowoso, selalu memakai masker.Kepala Dinskes Jatim, dr Harsono mengatakan, abu vulkanik Gunung Raung terkandung silica atau senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxsida) yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis krista yang membahayakan bagi kesehatan manusia.

”Orang yang menghirup atau menghisap silika dapat terjangkit penyakit ISPA dan jika terkena kelopak mata akan terjadi iritasi atau kerusakan pada kornea mata. Jangankan manusia, jika terhisap mesin pesawat bisa merusaknya,” kata dr Harsono.

Menurut Harsono, saat ini banyak masyarakat yang mulai sadar akan bahaya abu vulkanik Gunung Raung, sehingga penggunaan masker di wilayah tedampak semakin banyak. ”Banyak masyarakat yang menggunakan masker tapi idak tepat karena hanya menutup mulut saja. Seharusnya penggunaan masker digunakan untuk menutup mulut dan hidung,” ucapnya.

Untuk membantu masyarakat sekitar Gunung Raung, Dinkes bersama dengan instansi lain telah mengirim beberapa bantuan mulai masker, obat-obatan, makanan pendukung ASI, bubur bayi, dan lainnya. “Yang paling rawan adalah ibu hamil, lansia dan balita. RSU dr Soetomo pun siap jika diminta bantuan turun ke lokasi. Sementara ini sudah ditangani tim RS Soebandi Jember dan RS Genteng Banyuwangi,” katanya.

Untuk diketahui, debu vulkanik terbentuk selama letusan gunung berapi. Debu vulkanik tersusun dari fragmen batuan halus, mineral dan kaca, debu yang keras, kasar, agak korosif dan tidak larut dalam air. Masyarakat biasanya mengkhawatirkan tentang efek dari hujan debu vulkanik ini. Pertanyaan biasanya muncul mengenai isi dan kandungan debu vulkanik terutama tentang mineral kuarsa, kristobalit, atau tridimit. Ini adalah kristal silika bebas yang diketahui menyebabkan silikosis, penyakit paru-paru yang berpotensi menimbulkan kefatalan dan biasanya ditemukan di tambang bawah tanah dan pekerja tambang terbuka dengan paparan udara yang disertai dengan debu silika konsentrasi tinggi selama jangka waktu yang lama. Batas yang direkomendasikan bagi masyarakat untuk menghirup debu vulkanik adalah konsentrasi silika yang tidak melebihi 50 micrograms/m3.

Partikel debu kecil bisa ditiup oleh angin selama ribuan kilometer jauhnya dari gunung berapi, tergantung pada kecepatan angin dan jenis letusan. Debu vulkanik yang terdiri dari partikel halus batuan vulkanik yang terfragmentasi tersebut kemudian dapat menyebar. Debu berkisar dalam warna dari abu-abu terang sampai hitam dan bervariasi dalam konsistensi dari grit sampai bubuk halus. Hujan debu dapat menghalangi sinar matahari, mengurangi visibilitas dan dapat menyebabkan keadaan gelap gulita di siang hari. Hal ini juga dapat menimbulkan guntur dan kilat yang terjadi karena adanya gesekan antara partikel halus di udara.

Pengaruh debu pada kesehatan bisa dibagi menjadi beberapa kategori: yaitu yang menimbulkan efek pada pernapasan, gejala mata, iritasi kulit, kesehatan anak-anak dan efek tidak langsung. Partikel vulkanik dapat memiliki lapisan asam yang bisa menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan kulit. (rif)

Related posts

Pulihkan Ekonomi, Banyuwangi Gandeng DANA Digitalisasi 1.000 UMKM

Pakde Karwo Titipkan Potensi Trade, Tourism dan Investment Jatim di Depan Dubes dan Konjen RI

kornus

Pendidikan Catin Penting untuk Cegah Stunting