Bulan suci Ramadhan yang sekarang kita jalani saat ini untuk berpuasa adalah bulan yang mengabdung nilai-nilai spirituliatik yang kental. Didalamnya juga terkandung nilai zahid atau zuhud (menghilangkan sifat keduniawian, nilai maghfiroh (ampunan dari Tuhan) dan masih banyak nilai lainya. Rasulullah bersabda,“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dan mengetahui rambu-rambunya atau, larangan serta memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka itu akan menjadi pelebur dosa yang dilakukan sebelumnya.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi).
Agar puasa kita bertabur rahmat, penuh berkah, dan bermakna, sejak awal kita harus siap mengisi puasa secara lahir dan batin. Puasa merupakan tempat berlatih orang-orang mukmin. Latihan bertarung melawan hawa nafsu, berlatih diuji kesabarannya, berlatih mengokohkan sikap amanah. Berlatih meningkatkan semangat dan kemauan. Dan Berlatih menjernihkan otak dan akal pikiran.
Puasa melatih kaum muslimin untuk disiplin dan tepat waktu, melahirkan perasaan kesatuan kaum muslimin, menumbuhkan rasa kasih sayang, solidaritas, simpati, dan empati terhadap sesama. Tak kalah pentingnya yang harus kita tekankan dalam puasa adalah dimensi batinnya. Dimana kita mampu menjadikan anggota badan kita juga puasa untuk tidak melakukan hal-hal yang di murkai Allah.
Dalam menjalankan ibadah puasa mata kita juga harus puasa untuk tidak melihat hal-hal yang haram, telinga kita tidak untuk menguping hal-hal yang melalaikan kita dari Allah, mulut kita puasa untuk tidak mengatakan perkataan dusta dan sia-sia, kaki kita tidak melangkah ke tempat-tempat yang bertabur maksiat dan kekejian, dan tangan kita juga tidak pernah menyentuh harta haram. Pikiran kita juga harus bersih dari sesuatu yang menggelapkan hati. Dalam pikiran dan hati tidak bersarang ketakaburan, kedengkian, kebencian kepada sesama, angkara murka, rakus dan tamak serta keangkuhan.
Disaat kita menjalankan ibadah puasa, maka hendaknya puasa pula pendengaran dan lisan kita dari dusta dan dosa-dosa. Kita hindari pula hal-hal yang menyakiti tetangga atau sesama, dan hendaknya kita bersikap tenang pada hari saat kita berpuasa.
Menahan Nafsu Kuda Liar
Kita harus nerhati-hati saat menjalankan ibadah puasa, biasanya banyak godaan ketika Ramadhan berjalan, biasanya muncul yang aneh-aneh didalam pikiran kita. Misalnya, perasaan mudahnya tergoda melakukan sesuatu yang tadinya tak dilakukan, atau biasanya di saat kita berpuasa tiba-tiba nafsu syahwat kita menggebu dan mudah tergoda.
Setiap bulan Ramadhan nafsu ibadah kita meningkat. Biasanya mendadak kita maunya ikut segala macam acara yang membawa berkah Ramadhan mulai dari sholat terawih, pengajian ini itu, buka bersama, dan lain sebagainya. Itupun sebetulnya nafsu juga, walaupun nafsu yang membawa kebaikan. Celakanya, ini mendadak saja munculnya pas Ramadhan. Habis ramadhan maka bentuknya kembali ke semula. Jadi, banyaklah unsur dadakan yang memang jadi kebiasaan hanya muncul di bulan Ramadhan saja.
Di bulan Ramadhan kita harus mampu untuk menahan hawa nafsu, dalam ukuran setahun kalau ada rentang waktu selama sebulan dimana manusia hawa nafsunya sebenarnya justru berada dalam keadaan sangat cair, liar, dan lupa-lupa ingat. Makanya, puasa dijalankan tujuannya untuk mengekang atau menahan hawa nafsu yang liar itu, (Menahan Nafsu Kuda Liar).
Karena saya bukan seorang ustadz dan ahli agama yang pandai berdakwah, maka dalam tulisan ini saya tidak mengomentari macam-macam tentang hikmah puasa ramadhan, apalagi tentang banyaknya keutamaan berpuasa, manfaat berpuasa dan sebagainya, tapi betul-betul sekedar menulis tentang fenomena sosial yang tampak saja jika Ramadhan tiba.*****