KORAN NUSANTARA
indeks Surabaya

Kinerja DCKTR Lambat Pembangunan di Surabaya Terhambat

Surabaya (KN) – Serapan anggaran di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Surabaya hingga Juli ini masih minim. Berdasarkan informasi yang dihimpun Koran ini, sampai pertengahan 2012, serapan anggaran di DCKTR hanya mencapai 14 persen saja dari nilai total sebesar Rp373,5 miliar atau baru Rp4,6 miliar saja yang serap.Padahal dana besar itu rencananya diperuntukan bagi sekolah-sekolah yang rusak, kelanjutan pembangunan RSUD dr M Seowandhie, pembangunan gedung Balai Pemuda yang terbakar dan lainnya. Dengan demikian, sejak 2009 rehabilitasi 42 sekolah rusak bakal terlewati alias tak dijalankan. Hal ini tentu sangat mengganggu proses belajar mengajar karena sarana pendidikannya tak dibenahi. Hal tersebut juga bisa menyebabkan pelajar Surabaya tak bisa mencapai prestasi gemilang karena banyak sarana dan prasarananya yang tak terpenuhi dengan layak.

Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya Simon Lekatompessy juga menyesalkan hal itu. Padahal, penganggaran perbaikan itu sudah ada sejak 2009, namun karena beberapa tahun ini serapan anggarannya tak lancar, tentu menghambat perbaikan sekolah. Seharusnya, sejak 2011 saat ada intervensi dewan, pembangunan sekolah harus berjalan.

Namun dengan kondisi ini, DCKTR justru menghambat jalannya pembangunan. DCKTR seolah tak peduli dengan dunia pendidikan. DCKTR tak mau memanfaatkan anggaran yang ada untuk memerbaiki sekolah rusak. “Seharusnya tak seperti itu. Pendidikan harus diutamakan. Kalau serapannya kurang, maka proses belajar mengajar bisa terganggu,” kata Simon.

Sementara, Ketua Forum Masyarakat Peduli Kota Surabaya Husnin Yasin menyesalkan tak jalannya penyerapan anggaran tersebut. Husnin menuding kinerja SKPD di Pemkot Surabaya patut dipertanyakan.

Adapun pembangunan sekolah yang macet diantaranya SDN Manukan Kulon V, VI dan VII. SD ini sendiri pembangunannya tidak tuntas padahal sudah berlangsung sejak 2010. Akibatnya, sebagian siswanya diungsikan ke SDN di Manukan Wetan. Ada juga pembangunan di SMPN 47 yang lokasinya menyatu dengan SDN Manukan Wetan VII. Direncanakan SMPN ini dibangunan dua lantai, namun hingga kini belum ada tanda-tanda dibangun kembali.

Yang menarik dari daftar 42 sekolah yang pembangunannya tidak tuntas itu tidak ada nama SDN Sawunggaling I dan IV di dikawasan Jl Ciliwung Surabaya. Padahal pembangunan SDN itu sejak 2009 lalu hingga kini belum ada kelanjutannya.

Parahnya lagi, informasi yang di himpun Koran ini, awal 2012 lalu ada ratusan paket pekerjaan perencanaan yang obral kepada para konsultan orang-rang dekat oknum pejabat Kabid sebelumnya. Sehinga Kabid baru setelah ada mutasi akhir Maret lalu hanya bisa mlongo karena semua pekerjaan baik perencanaan maupun pengawasan sudah disikat habis Kabis sebelumnya.

Tetapi entah kenapa, ratusan paket pekerjan perencanaan yang telah dibagikan sejak awal tahun lalu, namun hingga kini pekerjan fisik yang dilaksanakan masih minim. Ini mungkin salah satu yang membenarkan informasi bahwa pekerjaan perencanaan banyak dibagikan kepada orang-orang dekat Kabid sebelumnya yang bukan berprofesi sebagai konsultan perencanaan. (red/Jack)

 

Foto : Ilustrasi sekolah rusak di Surabaya

 

 

 

 

Related posts

Puluhan Rumah Sakit di Tengerang Hentikan Layanan Gara-gara Putus Kontrak dengan BPJS

redaksi

Mokong, Mobil Dinas Pemkot Surabaya Masih Curi-Curi Mengisi BBM Bersubsidi

kornus

Sokong Keberlanjutan Industri, Profesor ITS Susun Kerangka Kinerja BUMN

kornus