KORAN NUSANTARA
ekbis indeks

Musim Pancaroba, Wilayah Pertanian Jember Selatan Rawan Serangan hama

Jember (KN)- Para petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Jember mulai mewaspadai kedatangan musim pancaroba. Pasalnya, kondisi itu membuat lahan pertanian berpotensi mengalami kerusakan akibat cuaca maupun diserang hama tanaman.petani jember
Kepala UPT Pertanian Wilayah 6 Gumukmas Jember, Sunarto, Kamis (28/4) mengatakan, perubahan cuaca yang ekstrem dari musim hujan ke musim kemarau yang mempunyai pengaruh besar terhadap sektor pertanian. Pengaruh yang dimaksud ialah serangan hama yang tidak hanya menyerang tanaman padi, namun juga dapat menyerang tanaman lainnya seperti cabai, ubi jalar, dan tanaman yang memiliki daun lainnya.
Sunarto menjelaskan, sejauh ini beberapa wilayah pertanian Jember selatan sangat rawan dengan serangan-serangan hama, sehingga menimbulkan kekhawatiran terjadi kerusakan tanaman dan mengakibatkan kerugian bagi petani. “Untuk saat ini masih aman, tapi para petani harus tetap waspada jika tidak mau rugi akibat kemungkinan serangan hama”, katanya.
Seperti diketahui, musim pancaroba identik dengan perubahan cuaca yang tidak menentu, seperti angin musim kemarau yang cenderung membawa bibit penyakit bagi tanaman. Bahkan puluhan hektar tanaman padi milik petani di Dusun Pondokwaluh, Desa/ Kecamatan Kencong sudah merasakan serangan virus tumro beberapa waktu lalu.
Sunarto mengakui, meskipun tanaman padi yang terserang virus waktu itu dapat dipanen namun hasilnya kurang maksimal untuk dijual ataupun dikonsumsi. “Biasanya serangan hama terjadi di musim pancaroba yakni disekitar bulan April sampai Mei, dan kita imbau semua petani agar mewaspadainya”, himbaunya.
Hama atau penyakit tanaman pertanian yang datang pada musim pancaroba biasanya berupa hama belalang dan ulat gerayak yang hanya bersifat sebagai perusak tanaman. Tanaman padi misalnya, merusak bagian batang, daun dan memotong tangkai buah padi. Penanggulangannya, jika ulat ini mulai menyerang atau terlihat ditanaman padi, disiasati dengan memperbanyak debit air dipetak sawah. Soalnya, ulat ini habitatnya tinggal di tanah atau dibawah tumpukan jerami serta takut sinar matahari, oleh karena itu serangan ulat ini terjadi pada malam hari.
Selain itu cara yang diterapkan adalah dengan melepas unggas seperti itik atau bebek ketika musim tanam. Diakuinya, merebaknya populasi ulat ini juga dipicu terputusnya rantai makanan, semisal berkurangnya populasi burung pemangsa ulat. “Dianjurkan juga, penggunaan pestisida (racun hama) sebagai alternative terakhir”, ujarnya.(her)

Foto; Lahan pertanian di Jember, Jatim

Related posts

APBD Surabaya 2023 terkoreksi di PAK, dari Rp11,3 T menjadi Rp10,7 T.

kornus

Sekdaprov Adhy Karyono Apresiasi Keseriusan BUMN Perkuat UMKM Jatim Hadapi Krisis Dunia

kornus

KMP Saluang Penuh Muatan Terbalik di Dermaga Penyeberangan Sungai Anyak-Sungai Asam

redaksi