Trenggalek (MediaKoranNusantara.com) – Sedikitnya 42 desa di Kabupaten Trenggalek dilanda bencana kekeringan. Warga pun mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih untuk hidup sehari-hari. Sementara pemerintah daerah terus berupaya memenuhi kebutuhan warga.
Kabag Protokol dan Rumah Tangga Pemkab Trenggalek, Triadi Atmono mengatakan, 42 desa yang terdampak tersebut berada di 13 kecamatan dari total 14 kecamatan yang ada. Lonjakan daerah yang mengalami krisis air terjadi dalam dua pekan terakhir.
“Sebelumnya hanya 15 desa yang terdampak, karena kemarau masih terus berkepanjangan akhirnya bertambah hingga mencapai 42 desa tadi. Kecamatan yang tidak terdampak itu hanya Gandusari,” kata Triadi, Rabu (3/10/2018).
Wilayah yang mengalami krisis air rata-rata terjadi di kawasan pegunungan seperti Kecamatan Dongko, Panggul, dan Bendungan. Namun beberapa wilayah datar juga ikut terdampak seperti Kecamatan Trenggalek dan Pogalan.
Untuk mengatasi dampak krisis air itu, Pemkab Trenggalek melalui BPBD terus memberikan bantuan air bersih yang dikirimkan ke masing-masing wilayah terdampak. Selain itu pemerintah juga mengerahkan armada PDAM untuk membantu proses distribusi air.
“Pak Bupati juga sudah koordinasi dengan Direktur PDAM terkait strategi penanganan kekeringan ini,” ujarnya.
Triadi membeberkan, bencana kekeringan di kabupaten yang dipimpin Emil Dardak tersebut pada tahun ini lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya, ini terjadi karena musim kemarau yang berlangsung lebih lama. Dampaknya sumber-sumber air yang ada di perkampungan warga banyak yang mengering dan tidak dapat difungsikan, bahkan beberapa sungai juga kering total.
Meski demikian Triadi meminta masyarakat korban kekeringan tidak perlu khawatir, karena selain dari pemerintah daerah, program penanganan dampak kekeringan juga dibantu langsung dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan pemerintah pusat.
“Jadi untuk anggaran penanganan kekeringan tidak hanya dari APBD, tapi provinsi dan pusat juga ikut membantu,” tandas Triadi.(dtc/ziz)