Yogyakarta (MediaKoranNusantara.com) – Kondisi Gunung Merapi yang terus meraung hingga dini hari tadi membuat warga ketakutan. Ratusan warga di sekitar Gunung Merapi tampak mengungsi untuk menyelamatkan diri.
Pengungsian tampak dilakukan warga Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Mereka masih bertahan di barak pengungsian setelah erupsi freatik terjadi pada Senin (21/5/2018) malam dan Selasa (22/5/2018) dini hari.
“Saat ini hingga pukul 06.00 WIB masih ada sebanyak 69 warga yang bertahan di barak pengungsian. Mereka terdiri para lansia dan balita,” kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman, Makwan.
Warga yang masih mengungsi berasal dari Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, di Desa Glagaharjo serta Desa Umbulharjo dan Argomulyo.
“Di Balai Desa Glagaharjo tercatat yang sebelumnya ada 371 pengungsi saat ini tinggal tujuh pengungsi, mereka dalam kondisi sehat,” katanya.
Sementara di Huntap Dusun Singlar, Glagaharjo, yang semula menjadi tempat 19 orang mengungsi sekarang tersisa satu orang, di rumah Dukuh Kalitengah Lor dari 44 pengungsi tinggal 29 orang yang bertahan, dan rumah Dukuh Kalitengah Kidul masih ada 20 orang yang mengungsi.
“Sedangkan di SD Sanjaya Tritis dari 510 pengungsi tadi malam, pagi ini tinggal 10 pengungsi, di Balai Desa Argomulyo dari 200 pengungsi sudah pulang semua, Balai Desa Umbulharjo dari 200 pengungsi sudah pulang semua dan Balai Desa Sindumartani, Ngemplak, 20 pengungsi sudah pulang semua. Sementara di Kantor Kecamatan Cangkringan 100 pengungsi sudah pulang semua,” katanya.
Di sisi lain, ratusan warga Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah juga mengungsi ke tempat penampungan semetara (TPS) balai desa setempat karena merasa trauma atas letusan freatik Gunung Merapi.
Kepala Desa Tlogolele Widodo membenarkan warga di Dusun Stabelan (berjarak sekitar 3,5 kilometer dari puncak Merapi) mengungsi ke TPS Balai Desa Tlogolele sekitar pukul 20.00 WIB.
Widodo menyebutkan, sebanyak 362 jiwa yang terdiri atas 35 balita, 12 lansia, 39 anak-anak, 41 remaja, dan 235 dewasa.
“Mereka sudah terkondisikan dan aman. Hal ini sebagai langkah mengantisipasi kemungkinan karena trauma,” kata Widodo.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Bambang Sinung mengatakan, adanya letusan freatik beberapa kali di puncak Merapi membuat warga trauma dengan kejadian pada tahun 2010.
Kendati demikian BPBD Boyolali sudah menurunkan anggotanya? ke lokasi Desa Tlogolele Senin malam ini, dan kondisinya aman tidak ada bergerakan untuk pengungsian.
Ia mengatakan bahwa pihaknya mengirimkan logistik dan masker untuk warga yang membutuhkan jika terjadi hujan abu di lokasi.
“Sebanyak 10 anggota bersama Dinas Sosial, PMI, Polsek Selo dan sukarelawan totalnya sebanyak 35 orang ke lokasi,” kata Bambang Sinung.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang ditandai dengan letusan freatik beruntun diikuti kegempaan membuat BPPTKG PVMBG menaikkan status Gunung Merapi dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II) sejak Senin pukul 23.00 WIB.
“Dengan naiknya status Waspada maka penduduk yang berada di dalam radius tiga km dari puncak Gunung Merapi harus dikosongkan. Tidak boleh ada aktivitas msyarakat di dalam radius tiga km. Kegiatan pendakian untuk sementara dilarang kecuali untuk kegiatan penyelidikan dan penelitian terkait mitigasi bencana,” katanya.
Ia mengatakan, telah terjadi empat kali letusan freatik disertai suara gemuruh sejak Senin hingga Selasa pukul 03.30 WIB.
Akibatnya, menurut dia, hujan abu vulkanik jatuh di sekitar Gunung Merapi seperti wilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta meliputi Kecamatan Cangkringan (Desa Glagaharjo, Desa Kepuharjo, Desa Umbulharjo), Kecamatan Pakem (Desa Purwobinangun, Desa Hargobinangun, Desa Kaliurang), dan Kecamatan Ngemplak (Desa Widomartani).
Ia mengatakan sejak tadi malam sebagian warga secara mandiri mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sekitar 298 jiwa warga Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman mengungsi ke Balai Desa Glagaharjo.
“BNPB terus berkoordinasi dengan PVMBG dan BPBD, baik di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengantisipasi letusan dan kenaikan status Waspada,” katanya.
Ia menambahkan, rencana kontinjensi menghadapi letusan Gunung Merapi diaktifkan, penduduk yang berada di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB 3) didata, dan BPBD Kabupaten Boyolali, Magelang, Klaten dan Sleman akan melaporkan ke Bupati dan melakukan rapat koordinasi dengan unsur terkait di wilayah masing-masing.
“BPBD Provinsi Jawa Tengah dan BPBD Provinsi DI Yogyakarta terus melakukan pendampingan dan koordinasi dengan BPBD di wilayahnya. Masyarakat diimbau mengikuti arahan dari Pemda setempat. Pemerintah akan terus hadir membantu masyarakat,” katanya.(ara/ziz)