KORAN NUSANTARA
indeks Surabaya

Warga Pesisir Suramadu Gelar Aksi Menolak Pengerukan Pasir di Selat Madura

Surabaya (KN) – Warga pesisir Suramadu yang tergabung dalam Forum Masyarakat Pesisir Suramadu (FPSM), Jumat (15/6) mengelar aksi menolak pengerukan selatan Madura. Aksi ini mulai Pukul 08.00 pagi di tengah laut sekitar Pantai Kenjeran, yang menjadi tempat eksplorasi pengerukan pasir oleh PT Gora Gohana.

Humas FPSM, Munir menjelaskan, aksi ini akan menggunakan ratusan perahu sambil membentangkan spanduk dan bendera penolakan pengerukan pasir. “Aksi protes ini merupakan aksi lanjutan dalam bentuk “Reklaiming Selat Madura untuk penyelamaatan Ruang hidup nelayan”,” jelas Munir yang dihubungi melalui ponselnya.

Aksi warga pesisir itu, menurut Munir, menuntut : (1). Tolak Proyek Penambangan dan Pengerukan Pasir di wilayah perairan Selat Madura. ( 2). Tolak Reklamasi & Cabut izin usaha Penambangan Pasir di seluruh Pesisir Indonesia. (3).Mendesak Pemerintah untuk menghormati hak masyarakat pesisir dan nelayan untuk mengelola sumber daya sesuai dengan kaidah budaya dan kearifan tradisional yang diyakini dan dijalankan secara turun-temurun, hak untuk memanfaatkan sumber daya, dan hak untuk mendapatkan perairan yang bersih dan sehat.

“Kami percaya bahwa pembangunan sektor maritim yang bertanggung jawab dan berkelanjutan hanya bisa terwujud, apabila terpenuhinya hak sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya secara integratif dan berkeadilan. Siapa pun boleh menganggap bahwa pembangunan itu penting. Tapi, ketika pembangunan itu mengancam hajat hidup bahkan nyawa banyak orang, maka selayaknya kita ikut mencegahnya,” tegas Munir.

Beberapa waktu lalu, lanjut Munir, warga pesisir Pantai Kenjeran dan Suramadu melakukan aksi penolakan atas rencana PT. GORA GAHANA yang akan mengerjakan proyek pengerukan pasir di sekitar selat Madura. Pasir ini akan digunakan sebagai material urugan untuk mereklamasi wilayah teluk Lamong yang merupakan bagian dari rencana proyek pembangunan pelabuhan peti kemas PT. PELINDO III.

Bagi ribuan Kepala Keluarga yang tinggal di sekitar pesisir selat Madura dan mayoritas berprofesi sebagai nelayan yang menggantungkan keberlangsungan hidupnya dari laut. Proyek pengerukan pasir yang rencananya akan meliputi area seluas ±540 hektare itu, merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan hidup sebagai nelayan tradisional. Mengingat laut adalah sumber keberlangsungan hidup dan masa depan bagi para nelayan tradisional.

Ada pun dampak dan kerugian dari rencana proyek penambangan dan pengerukan pasir itu sebagai berikut : Pertama, berkurangnya populasi ikan & kerang karena rusaknya ekosistem akibat penambangan dan pengerukan pasir laut. Kedua, berkurangnya pendapatan nelayan, karena menurunnya hasil tangkapan. Ketiga, Hilangnya mata pencaharian para buruh nelayan. Keempat, Hilangnya areal bermain dan berenang bagi anak-anak. Kelima, berpotensi menimbulkan konflik horizontal ditengah masyarakat pesisir. Serta masih banyak lagi dampak buruk dan kerugian yang lain yang tidak mungkin bisa disebut satu-persatu.

“Dalam hal ini, jelas pemerintah selaku Aparatur Negara yang semestinya mentaati, menjunjung tinggi, dan menjalankan amanat konstitusi malah berlaku sebaliknya, mereka melanggarnya dengan brutal dan terang-terangan. Kebijakan-kebijakan yang pemerintah buat seringkali diabdikan hanya untuk kepentingan-kepentingan para investor dan demi akumulasi modal,” papar Munir. (red)

Foto : Warga pesisir Suramadu saat gelar aksi di tengah laut

Related posts

Sabet 10 Penghargaan Proklim, Surabaya Jadi Kota Ternyaman di Indonesia

kornus

Hadiri Rakor Kepulangan PMI dengan Kepala BNPB, Plh Sekdaprov Jatim : Pemprov Jatim Siapkan Beberapa Format Sambut Kepulangan PMI

kornus

Pantau Persiapan Pelayananan Ankutan Lebaran Dewan Sidak Terminal Purabaya

kornus