Kota Mojokerto, mediakorannusantara.comĀ -Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari terus mendorong lahirnya kampung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) secara mandiri melalui pemberdayaan masyarakat yang dikemas dalam berbagai pelatihan dan inkubasi wirausaha.
“Sebenarnya, program-program pelatihan bagi pelaku usaha dan masyarakat sudah kami lakukan sejak 2019. Hanya saja, saat dilanda pandemi seperti ini, kondisinya berubah,” katanya Selasa.
Ia mengemukakan pandemi COVID-19 telah melanda seluruh pelosok negeri sejak satu tahun terakhir dan perekonomian mengalami kehancuran.
“Oleh karena itu, kami pemerintah daerah terus meningkatkan jumlah pelatihan-pelatihan dalam memberdayakan masyarakat. Kalau dulu pelatihan hanya untuk pelaku usaha yang sudah punya usaha, sekarang tidak begitu. Semua orang bisa ikut pelatihan meskipun belum memiliki usaha,” ujarnya.
Untuk tahun ini, kata wali kota yang akrab disapa Ning Ita ini, Pemerintah Kota Mojokerto menyasar 350 orang maupun Industri Kecil Menengah (IKM). Kemudian, 6.000 peserta di 300 IKM untuk mendapatkan pelatihan.
Hal ini, kata dia, merupakan langkah-langkah strategis demi membangkitkan perekonomian di tengah pandemi COVID-19. Utamanya dengan memberdayakan UMKM lokal agar dapat naik kelas sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggulan dari daerah lain.
“Tahun 2020 hingga 2021, pemerintah daerah telah menjalankan program inkubasi wirausaha dalam bentuk pendampingan dan pemberian modal usaha melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2021 secara berkelanjutan. Adapun bukti konkret hasil dari pendampingan UMKM tersebut adalah masuknya produk-produk UMKM lokal di pasar modern. Baik pada bidang kuliner, craft maupun suvenir,” kata wali kota perempuan pertama di Mojokerto ini.
Adapun pemberdayaan melalui pelatihan dan inkubasi yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah Kota Mojokerto di antara seperti, pelatihan meningkatkan keterampilan IKM jajanan tradisional, pelatihan leather craft, pelatihan teknik ECO print, pelatihan kerajinan Shibori, peningkatan ketrampilan bordir, pelatihan pembuatan anyaman bambu, pelatihan pembuatan suvenir cor kuningan, pembuatan suvenir berbahan fiber, business matching IKM Alas Kaki, pelatihan pendampingan inkubasi wirausaha.
Ke depan, kata dia, hasil dari pemberdayaan melalui pelatihan dan inkubasi bagi masyarakat tidak hanya mampu menembus pasar modern saja. Melainkan juga dapat melahirkan kampung-kampung UMKM mandiri yang memiliki ciri khas produk lokal masing-masing sehingga dapat menarik wisatawan luar.
Misalnya saja, lanjut dia, kampung UMKM Batik Majapahit, kampung UMKM Alas Sepatu, kampung UMKM Alas Sandal, kampung UMKM Onde-onde, kampung UMKM Hidroponik, kampung UMKM suvenir berbahan fiber, kampung UMKM suvenir cor dari kuningan dan maaih banyak lainnya.
“Karena sebentar lagi Kota Mojokerto akan menjadi Kota Pariwisata, maka kami ingin partisipasi dari masyarakat untuk ikut andil dalam pembangunan kota ini melalui produk-produk lokal UMKM. Nah, melalui produk-produk UMKM tersebut kami ingin kategorikan masing-masing. Sehingga, kalau ada pengunjung atau wisatawan yang singgah dan ingin melihat proses pembuatan produk lokal, kita bisa arahkan langsung ke kampung UMKM yang dimaksudkan,” tukasnya.(an/wan)