Dia mengatakan proyek peremajaan kapal itu ada di bawah kendali Kementerian Pertahanan RI, sementara TNI AL dalam pengerjaan itu bertugas untuk koordinasi dan menyiapkan kapal-kapal yang masuk peremajaan.
“Ini sekarang sedang berproses. Saya kira semuanya sudah bekerja, dan saya lihat ada di beberapa galangan, dibagi-bagi di galangan dalam negeri. Ada tujuh kapal yang sekarang ini sedang dikerjakan,” kata Laksdya Ahmadi menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers selepas upacara serah terima dua kapal tunda baru TNI AL di Galangan Noahtu Shipyard, Tanjung Priok, Jakarta, Senin.21/8
Dia menjelaskan TNI AL perlu mengatur kapal-kapal yang masuk tahap peremajaan atau modernisasi, karena proses itu tidak boleh mengurangi operasi dan kesiapan tempur TNI AL.
“Kapal kami juga terbatas tentunya. Kami akan mengirim kapal-kapal dengan tidak mengurangi operasinya di laut. Artinya, kapal-kapal yang harus beroperasi di laut, kami ini Angkatan Laut setiap hari ada 50 kapal yang harus berlayar di laut menjaga perairan kita. Itu pun kalau 50 kapal disebar di perairan dari Papua sampai dengan Aceh tidak kelihatan, kecil sekali, sangat kurang kapal kita,” kata Wakil Kepala Staf TNI AL.
Dalam proyek peremajaan 41 kapal TNI AL itu, Kementerian Pertahanan RI menunjuk PT PAL Indonesia (Persero) sebagai lead integrator (kontraktor utama). Direktur Utama PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod dalam siaran resmi perusahaan pada 2 November 2022 menjelaskan PT PAL tidak hanya berperan sebagai kontraktor tunggal dalam proyek peremajaan itu, tetapi juga bertugas menggali potensi industri maritim di Indonesia terutama galangan-galangan kapal di dalam negeri.
Proyek peremajaan kapal TNI AL yang masuk dalam kontrak kerja sama Kementerian Pertahanan dan PT PAL mencakup kapal-kapal berjenis Fast Patrol Boat (FPB) Class, Parchim Class, Corvet Fatahillah Class, PKR Class, KCR Class, Sigma Class dan MRLF Bung Tomo Class.
Proyek itu, yang berlangsung dalam skema tahun jamak (multi-years), juga mencakup ship conversion, pemasangan rudal surface-to-surface-missile (SSM), serta penambahan senjata yang terintegrasi dalam Combat Management System (CMS) maupun re-powering sistem guna mengembalikan fungsi asasi dan meningkatkan performa kapal kombatan utama.
Untuk kapal perang sejenis KCR (kapal cepat rudal) maupun PKR (kapal perang perusak) juga akan dimodernisasi sistem navigasi dan komunikasinya. ( wan/ar)