Jakarta, mediakorannusantara.com – Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 mencatat bahwa 24,4 persen balita di Indonesia berada dalam kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi (stunting). Artinya, satu dari empat balita mengalami permasalahan gizi kronis. Di sisi lain, pemerintah telah menentukan target prevalensi stunting pada angka 14 persen di tahun 2024.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bekerja sama dengan PT. Abbott Products Indonesia mendukung program pendidikan kesehatan dan nutrisi dalam upaya penurunan stunting di Indonesia. Kerja sama ini ditandai dengan penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) oleh Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Muhammad Hasbi dan Presiden Direktur PT. Abbott Products Indonesia, Angelico Lagundi Escobar di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, pada Jumat (17/6/2022).
Kerja sama itu, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengukuran tumbuh-kembang secara teratur, intervensi gizi yang tepat, dan pemberdayaan institusi PAUD. “Kami (Kemendikbudristek) menyambut baik kerja sama ini dan sangat mengapresiasi PT. Abbott Products Indonesia yang secara bersama-sama mencari penyelesaian terhadap berbagai persoalan bangsa, termasuk terhadap kasus stunting,” terang Hasbi, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Sabtu (18/6/2022).
Hasbi mengatakan stunting tidak hanya memberi dampak pada pertumbuhan fisik, melainkan juga menghambat perkembangan kognitif. Karena itu, lanjutnya, kekurangan gizi kronis, terutama di periode emas masa pertumbuhan, menjadi ancaman besar bagi kualitas sumber daya manusia yang berpotensi menurunkan daya saing bangsa di masa yang akan datang.
“Investasi pada usia dini merupakan investasi bernilai paling tinggi. Stunting adalah permasalahan multidimensional yang memerlukan kerja sama multipihak dalam upaya pencegahan dan intervensinya,” kata Hasbi.
Hasbi berharap kerja sama ini menjadi contoh dan acuan untuk sektor perusahaan lainnya agar bersama-sama dengan pemerintah dapat bahu-membahu menghadapi berbagai persoalan yang ada di Indonesia. “Terutama terkait dengan persoalan bagaimana meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan percepatan penurunan angka stunting,” ucap Hasbi.
Sementara itu, Angelico mengatakan bahwa malnutrisi merupakan permasalahan kesehatan universal yang sering terjadi pada anak-anak usia dini. “Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa nutrisi yang baik adalah fondasi dalam hidup sehat,” ujar Angelico.
Untuk itu, lanjut Angelico, PT Abbot Products Indonesia sudah lama fokus pada penerapan ilmu dan praktek dengan mengedukasi masyarakat dalam membuat akses nutrisi yang baik kepada seluruh masyarakat di seluruh dunia. “Ini merupakan salah satu bagian dari komitmen kami (PT. Abbott) dalam program kesehatan berkelanjutan yang dilaksanakan untuk memperbaiki kesehatan anak-anak, yang terdata kurang lebih 300 juta di seluruh dunia selama dekade terakhir,” ucapnya.
Dalam kerja sama ini, PT Abbott Products Indonesia menyediakan alat ukur dan tips nutrisi sehat untuk menolong orang tua agar dapat mengidentifikasi masalah mengenai nutrisi dan membantu bagaimana mendapatkan nutrisi yang baik. “Sejauh ini progres yang siginifikan dengan program ini sudah dapat dilihat dan mendapatkan dampak positif. Sesuai data yang diterima, sekitar 79 persen orang tua sudah mendapatkan tolok ukur dan dapat mengenali tanda-tanda stunting terhadap anak-anak dan mengambil aksi. Dengan memberdayakan gambar, peralatan dan sumber daya pemdidikan,” ujar Angelico.
Angelico berharap, PT Abbot Products Indonesia dapat membantu anak-anak dalam mengoptimalkan pertumbuhannya agar mendapatkan hidup yang baik dan layak.
Ruang Lingkup Perjanjian Kerja Sama
Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama antara PT. Abbott dengan Kemendikbudristek meliputi sosialisasi pentingnya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI) termasuk nutrisi, stimulasi psikososial anak sebagai mitigasi stunting, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan gizi, dan peningkatan kesehatan.
Program ini akan menjangkau 250 sekolah di seluruh Indonesia, dengan total audiens lebih dari 23.000 orangtua, guru PAUD, dan Bunda PAUD untuk melatih dan membantu mereka mengidentifikasi masalah tumbuh-kembang sejak dini, serta menanamkan pola hidup sehat.
“Stunting, yang mengakibatkan seorang anak bertubuh pendek jika dibandingkan teman-teman sebayanya, bisa dicegah dan dideteksi melalui pengukuran tinggi badan secara berkala, untuk selanjutnya dilakukan intervensi melalui pemberian nutrisi dan stimulasi yang tepat,” ucap Hasbi
“Tumbuh-kembang anak bisa diukur. Karena itu, peningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga pendidik PAUD sangat diperlukan mengingat mereka perlu menjadi sensitif gizi dan mampu mendorong stimulasi. Guru-guru PAUD perlu mengukur tinggi badan murid secara rutin, memiliki wawasan yang baik tentang pemenuhan nutrisi, pola asuh, dan sanitasi,” tambah Hasbi.
Untuk mendukung upaya mitigasi, salah satu merek PT. Abbott telah mendistribusikan perangkat pengukur tinggi badan kepada lebih dari 200.000 orangtua sejak 2019 dan terbukti meningkatkan kesadaran terkait status tumbuh-kembang anak. Tahun ini, dalam kerangka kerja sama dengan Kemendikbudristek, Pediasure akan mendistribusikan alat pengukur tinggi dan berat badan (stadiometer) untuk satuan PAUD serta 180.000 growth chart yang sesuai standar WHO.
Angelico menuturkan program ini menjangkau 250 PAUD di seluruh provinsi di Jawa, Bali, kota-kota di Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Maluku. Lokasi program ditentukan berdasarkan data SSGI 2021. “Hal tersebut merupakan wujud komitmen holistik dari Abbott-Pediasure untuk mengoptimalkan tumbuh-kembang anak, terutama dalam periode emas pertumbuhan, yang mencakup pemenuhan nutrisi serta peningkatan kapasitas orangtua dan guru PAUD,” kata Angelico.
Dalam rangkaian kerja sama dengan Kemendikbudristek, PT. Abbott melaksanakan GrowthPedia Webinar bagi orangtua dan guru-PAUD tentang pentingnya nutrisi yang optimal dan monitoring pertumbuhan anak bersama dokter gizi anak, serta pelatihan bagi Bunda PAUD. Kegiatan peningkatan kapasitas tersebut menjangkau lebih dari 20.000 audiens se-Indonesia. Selain itu, juga dilakukan distribusi sampel nutrisi dan pengukuran tinggi badan di tempat-tempat umum menggunakan grafik tinggi badan (height chart) interaktif, serta edukasi mengenai monitoring pertumbuhan berkala.(wan/inf)