Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Hasil survei Poltracking Indonesia jelang Pilkada Surabaya yang dirilis Senin (2/11/2020) dikritisi banyak pihak.
Berdasarkan hasil survei tersebut, Machfud Arifin dan Mujiaman mendapat 51,7 persen suara responden, sedangkan Eri Cahyadi dan Armuji (ErJi) 34,1 persen alias ada selisih 17,6 persen. Sejumlah pengamat politik telah menyampaikan kritik terkait kesahihan hasil survei tersebut.
Kepala Badan Pemenangan (BP) Pemilu DPC PDI Perjuangan Surabaya, Anas Karno, juga merinci sejumlah hal yang patut dikritisi. Pertama, adanya pernyataan yang menyebut pasangan MA – Mujiaman unggul 20 persen, Senin (2/11/2020).
“Ini kan aneh, jadi pertanyaan besar publik, mengapa satu survei keluar dua hasil, yaitu 20 persen dan 17 persen. Ada inkonsistensi. Apakah bisa satu survei keluar dua hasil?” kata Anas Karno, Selasa (3/11/2020).
Selain itu, Anas juga menyorot perbedaan hasil survei Poltracking dengan sejumlah lembaga survei lainnya. Misalnya, Populi Center dan Pusdeham yang merilis hasil survei belum lama ini. Dalam survei Populi dan Pusdeham, Eri-Armudji unggul dibanding Machfud-Mujiaman dengan kisaran 3-6,5 persen.
Indikator berikutnya yang juga meragukan adalah popularitas Mujiaman yang disebut menyalip Armuji. Angkanya 60,2 persen untuk Mujiaman, dan 59,6 persen untuk Armuji.
“Ini agak aneh untuk tingkat pengenalan atau popularitas. Pak Armuji ini anggota DPRD lima periode, dua periode jadi Ketua DPRD Surabaya, dan kini di DPRD Jatim mewakili dapil Surabaya yang Pemilu 2019 lalu meraup 136.000 suara. Misalnya Anda menyandingkan Slank dan saya, lalu ditanyakan ke publik luas, lebih terkenal mana?” kata Anas memberi perumpamaan.
Meski demikian, Anas tetap memaknai hasil survei Poltracking sebagai masukan. “Kami tetap menjadikan hasil survei itu sebagai pendorong untuk terus bergerak masif di lapangan memenangkan Eri-Armudji,” ujar Anas. (KN01)