Surabaya (KN) – Di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi wilayah Asia Pasific, soal konektivitas masih mengganjal. Sayangnya masalah ini belum ada jalan keluarnya secara jelas, masih dalam tataran diskusi di forum APEC.Dalam catatan Sekretaris APEC, ekonomin di kalangan ekonomi APEC terus berkembang sangat pesat. Telah menyebabkan warga Asia Pasifik menjadi lebih makmur dari waktu ke waktu. Pada tahun 1989 misalnya, total perdagangan intra APEC hanya mencapai 3,1 triliun dolar AS, sedangkan tahun 2010 telah melonjak secara fantastis menjadi 16,9 persen di tahun 1989 menjadi 5,8 persen di tahun 2010.
“Kenyatanya itu hanya menunjukan bahwa, meskipun keputusan forum APEC itu tidak mengikat, namun relatif efektif. APEC telah menggugah kesadaran untuk sebuah kebersamaan dan menciptakan manfat bagi warga di Asia Pasifik,” ujar Arto Reksodiputro, Direktur Kerjasama Intrakawasan ASPASAF, Kemlu.
Meskipun demikian, wilayah gemuk Asia Pasifik masih dapat dioptimalkan jika beberapa kelemahan bisa ditutup. Diantaranya isu yang mengemuka di SOM II Surabaya ini adalah lemahnya konektivitas.Menurut Ketua SOM APEC Indonesia, Yuri O, Thamrin, terdapat 3 isu konektivitas yang harus menjadi perhatian lebih dari para pemimpin di kawasan Asia Pasifik.
Yang pertama adalah konetivitas fisik. Hal ini sangat penting karena menjadi “jembatan” pergerakan manusia, barang, jassa informasi dan energi darisatu ekonomi ke ekonomi APEC lainya.
Kedua, konektivitas intitusi yang akan memperlancar dan mendorong laju perdagangan yang diejawentahkan melalui sebuah langkah reformasi institusi, peraturan dan prosedur. konektivitas institusi ini akan menjadi lebih baik lagi manakala terjadi harmonisasi diantara ekonomi kawasan.
Terakhir adalah konektifitas antar penduduk. Diharapkan pergerakan penduduk di Asia Pasifik dipermudah sedemikian rupa melalui kesepakatan APEC sehingga ekonomi kawasan akan berkembang melalui sektor pendidikan, turisme, bisnis, termasuk dalam penanggulangan bencana. APEC sendiri memiliki pengalaman dalam penanganan soal ini dengan kesepakatan penerbitan APEC Business Travel Card ( BABTC) yang berlaku bagi para pebisnis di kawasan.
Direktur Esekutif APEC, Alan Bollard mengamini yang disampaikan Ketua SOM Indonesia. Baginya, APEC yang telah memiliki kerangka kerja yang sedemikian luas sudah waktunya mendorong konektivitas lunak, keras, infrastruktur dan manusia. Ada baiknya juga APEC belajar dari wilayah lain dalam menangani masalah ini,” katanya.
Untuk menggabarkan konektifitas yang baik, Ketua SOM Indonesia, Yuri O. Thamrin memberikan contoh di hadapan koleganya tentang kota pahlawan Surabaya. Disebutkan bahwa Surabaya yang merupakan kota kedua terbesar di Indonesia itu di masa mendatang akan semakin penting dalam menyambungkan kegiatan komersial Indonesia.
Surabaya adalah kota komersil yang sangat sibuk dimana lalu lintas barang, jasa dan manusia begitu ramai. Surabaya juga merupakan meeting point penting bagi semua warga Indonesia. Bandara Juanda tidak pelak menjadi tempat transit terpenting antara Indonesia bagian barat dan timur. Di sisi lain, kota pahlawan ini menjadi kota tujuan belajar dari banyak anak negeri. Itulah mengapa, SOM II APEC dihelat di kota Surabaya ini,” ujarnya. (anto)