Surabaya (KN) – Masyarakat Surabaya masih yang banyak salah kaprah dalam menggunakan Surat Keterangan Tak Mampu (SKTM). Warga mampu pun kini banyak yang berbondong-bondong untuk mendapatkan SKTM. Bahkan hanya sakit kulit (sakit ringan) saja, banyak yang minta SKTM.
Ini diakui staf Kelurahan Ujung Kecamatan Semampir, Sulis. Menurutnya, banyak warga mampu datang ke kelurahannya untuk minta dibuatkan SKTM. Namun lurah setempat sangat selektif dalam mengeluarkan SKTM. Jika hanya penyakit ringan, tentu tak akan dibuatkan dan disarankan untuk ke Puskesmas. “Yang sulit adalah menolak membuatkan SKTM bagi warga yang mampu.
Pasalnya, warga tersebut membawa surat pengantar dari RT dan RW. Seharusnya, screening itu dimulai di tingkat RT dan RW.
“Jika kita menolak, warga akan marah dan kelurahan yang selalu dijelek-jelekan. Apalagi jika sudah membawa nama partai, sulit untuk menolaknya,” aku Sulis.
Mudahnya mengeluarkan SKTM inilah yang membuat pelayanan untuk warga yang benar-benar miskin, tersendat bahkan malah tak bisa mendapat fasilitas berobat gratis yang dibiayai APBD Surabaya. Tak bisa dipungkiri, SKTM belum mencapai kuota yang benar-benar untuk warga miskin, namun ternyata pelayanannya sudah overload.
Bahkan hal itu pula yang membuat Pemkot Surabaya memiliki tunggakan besar atas pelayanan warga miskin. Pasalnya, pemberian SKTM itu tak tetap sasaran karena banyak warga yang mampu (kaya) dengan mudah menikmatinya, sementara warga yang benar-benar miskin tak kebagaian.
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Masduki Toha mengatakan, dalam mengeluarkan SKTM, Pemkot Surabaya sudah harus berani menginstruksikan Kecamatan dan Kelurahan di Surabaya untuk lebih tegas.
“Jika memang diketahui warga yang minta surat itu adalah warga mampu, sebaiknya SKTM yang diajukan ditolak saja. Kalau selalu menerima, tentu jatah untuk warga yang benar-benar miskin akan cepat habis,” tandas Masduki Toha. (anto/Jack)