Surabaya (KN) – Guna mengurangi masalah gizi buruk idealnya di setiap Puskesmas minimal ada dua tenaga gizi yang bertugas mendampingi dan mengedukasi masyarakat dalam pemenuhan gizi yang benar.“Masalah gizi buruk salah satu penyebabnya karena kurangnya tenaga gizi yang bisa mengedukasi dan mendampingi masyarakat dalam pemenuhan gizinya,” kata Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Jatim, Agus Sri Wardoyo, Kamis (22/10/2015).
Dikatakan Agus, kasus gizi buruk lebih banyak ditemukan didaerah, penyebabnya selain karena akses informasi yang terbatas, juga karena kurangnya tenaga gizi yang dapat mengedukasi dan mendampingi masyarakat.
Saat ini menurut Agus, di Jatim terdapat sekitar 900 Puskesmas, dan sebagian besar belum memiliki tenaga gizi. Padahal dengan kecukupan jumlah tenaga gizi akan mengurangi masalah gizi.
Dengan pendampingan tenaga gizi masyarakat dapat lebih tahu berbagai informasi mengenai gizi, mencukupi kebutuhan gizi, dan makanan-makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi.
“Ini juga bisa mengubah paradigma masyarakat tentang makanan bergizi selalu dianggap makanan yang mahal, padahal masyarakat di daerah kebanyakan adalah golongan menengah kebawah,” tuturnya.
Lebih lanjut dikatakannya, pembenahan pola pikir masyarakat ini lebih penting dibanding pemberian bantuan makanan pendamping dan vitamin. Karena merupakan tindakan preventif untuk jangka panjang.
“Para tenaga gizi juga dapat diterjunkan ke Posyandu untuk lebih dekat menjangkau masyarakat, selama ini masalah gizi buruk tidak selalu dipicu oleh masalah ekonomi, tetapi lebih pada pola asuh,” terangnya. (rif)