Surabaya (KN) – Setelah terbongkarnya program ‘Pahlawan Ekonomi’ abal-abal dan dugaan penipuan terkait hadiah yang bernilai puluhan juta rupiah kepada pemenang, kini terkuak jika program itu bukan Program Pemkot Surabaya yang dikomandani Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB) seperti yang dibangga-banggakan Pemkot Surabaya selama ini.Kegiatan itu ternyata ulah sekelompok orang yang tergabung dalam sebuah Event Organizer (EO), tetapi memanfaatkan nama Pemkot Surabaya sebagai patnershipnya. Tentunya, Program Pemkot Surabaya dengan bertajuk Pahlawan Ekonomi itu tidak sesuai harapan pesertanya dan masyarakat pada umumnya, karena hadiah yang dijanjikan tidak pernah ada.
“Itu sudah jelas kebohongan publik dan tidak bisa dibenarkan, Pemkot Surabaya harus bertindak tegas, jangan sampai kebohongan publik ini terus menerus terjadi,” kata Kartika Damayanti, Anggota Komisi B DPRD Surabaya, Senin (2/7).
Menurutnya, atas kondisi itu, sudah jelas berimbas kepada citra Pemkot Surabaya yang dianggap melakukan pembohongan publik. Bagaimana tidak, sebab program yang di klim menjadi andalan Pemkot ini ternyata bukan milik Pemkot. Pemkot hanya men-support tenaga saja, sementara semua keperluan diusahakan oleh panitia dari sponsor.
“Warga yang menang dalam program Pahalwan Ekonomi Surabaya jumlahnya sekitar 30 lebih. Mereka mengadu ke saya bergantian karena merasa tertipu. Dia dinyatakan menang dalam lomba Pahlawan Ekonomi Surabaya dan masing-masing mendapatkan hadiah Rp 30 juta. Namun, hadiah yang dinjanjikan itu tidak pernah ada,” ujarnya.
Setelah ditelusiri para pemenang hadiah lomba Pahlawan Ekonomi itu hanya diberi order makanan hasil olahannya. Bahkan, ada pemenang yang mendapatkan order makanan yang beda dengan hasil usahanya.
Salah satu korbannya Kapitayah. Usaha Kapitayah berupa martabak dan terang bulang, namun diberi order nasi kotakan. Itu pun nilainya tidak sampai Rp 30 juta seperti yang dituangkan dalam hadiah sebagai pemenang lomba Pahlawan Ekonomi.
Fenomena ini membuat Sutikno salah satu anggota Lembaga Swasaya Masyarakat (LSM) Surabaya bernama Lembaga Pengawas Anggaran Indonesia (LPAI) menyesalkan kejadian ini, karena dianggap bisa merusak citra Pemkot Surabaya di mata warganya sendiri.
“Seharusnya Walikota lebih bisa selektif dalam memilih EO yang bisa di pertanggung jawabkan profesionalitasnya. Jika warga Surabaya peraih hadiah Pahlawan Ekonomi sampai teriak seperti ini, sungguh merupakan kejadian yang sangat memalukan dan merusak citra Pemkot Surabaya, karena menurut saya ternyata pemkot hanya bisa mendompleng kegiatan EO, tidak mampu membuat sendiri meski tersedia anggaran yang cukup untuk apa saja,” urai Sutikno.
“Sudahi saja program-program pencitraan seperti itu, Surabaya tidak memerlukan semua itu, apalagi sampai harus mengorbankan warga yang harus menanggung risiko sosisal di lingkungannya,” jelas pria yang akrab di panggil Mas Tikno ini.
Sementara itu, infromasi yang berkembang di Pemkot selama ini program Pahlawan Ekonomi adalah salah satu program andalan Pemkot Surabaya dalan rangka pemberdayaan ekonomi rakyat kecil di Surabaya. (anto)