Jakarta (MediaKoranNusantara.com) – Situasi ekonomi global yang memasuki masa kekacauan akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China menghancurkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintahan Jokowi-JK yang telah merancang pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5,4 persen harus dikoreksi hingga 5,2 persen.
Kenyataan pahit itu diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati. Menurutnya, salah satu dampak dari gejolak perekonomian global adalah tekanan terhadap sejumlah indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sejumlah lembaga internasional yang memberikan prediksi justru mengkoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 5,2 sampai 5,3 persen.
“Gejolak ini memang dampaknya akan membuat beberapa indikator mengalami pergerakan yang bisa menimbulkan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Sri Mulyani, kemarin.
Gejolak global yang dimaksud tidak lepas dari normalisasi kebijakan ekonomi di Amerika Serikat. Selain itu, ketegangan perdagangan global, di mana bukan lagi antara AS dengan China saja, melainkan melibatkan negara lain juga. Situasi yang diselimuti ketidakpastian ini membuat Indonesia perlu mengambil langkah antisipasi yang sifatnya jangka panjang.
Sri Mulyani menyebutnya sebagai main panjang atau fokus pada kebijakan yang bukan hanya untuk dirasakan satu dua hari atau hitungan minggu maupun bulan, melainkan untuk seterusnya.
“Tidak bisa dengan satu policy yang sifatnya seminggu. Oleh karena itu, saya sampaikan, dari sisi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil, kami lakukan bauran kebijakan untuk saling mengisi,” tutur Sri Mulyani.
Salah satu wujud bauran kebijakan adalah ketika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Days Repo Rate 50 basis poin menjadi 5,25 persen kemudian sekaligus melakukan relaksasi dari sisi kebijakan untuk kreditnya. Sementara BI melakukan hal tersebut, Kementerian Keuangan dalam hal fiskalnya memberi berbagai bentuk insentif pajak untuk menggenjot investasi.
Sri Mulyani berharap, melalui bauran kebijakan yang dilakukan bersama kementerian/lembaga terkait, dampak negatif dari dinamika perekonomian dunia bisa diredam.
Bahkan, diharapkan juga sambil menyesuaikan dengan perubahan global, Indonesia tetap bisa memacu pertumbuhan ekonominya melalui investasi dan laju ekspor yang didorong untuk terus bertumbuh.
“Dengan demikian, kami bisa melakukan adjustment terhadap shock ini namun dampak dalam negerinya diminimalkan. Itu yang terus kami lakukan dan review berulang, karena dinamikanya terjadi terus karena yang melakukan policy dari luar dan tidak dalam kontrol kami,” ujar Sri Mulyani.(kcm/ziz)