Surabaya (KN) – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ditandai dengan pelaksanaan upacara di Taman Surya, Sabtu (2/5/2015). Walikota Surabaya Tri Rismaharini bertindak sebagai inspektur upacara, sedangkan tugas pemimpin upacara diemban oleh Kepala Sekolah SMAN 9 Moch. Sadeli.Mengutip sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Walikota Tri Rismaharini mengatakan, aset terbesar bangsa Indonesia terletak pada aspek manusianya. Sehingga, tanggung jawab utama yang harus diemban adalah bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa pendidikan mampu membuka peluang untuk menggapai hidup yang lebih baik. “Mulai hari ini, kita harus mengubah perspektif pendidikan bukan sekadar urusan kedinasan,” kata walikota.
Usai membacakan sambutan menteri, walikota yang mendapat gelar doktor honoris causa dari ITS ini mengajak generasi muda agar siap mengadapi persaingan multi-negara. Pasalnya, pemberlakuan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) per Januari 2015 membuat tantangan menjadi lebih berat dari sebelumnya.
“Persaingan siswa kini sudah tidak lagi antar sekolah, antar kota, atau antar provinsi. Melainkan sudah antar negara, khususnya negara-negara ASEAN. Bahkan, pada 2020 nanti sudah memasuki era perdagangan bebas tingkat dunia. Untuk itu kita harus siap,” tegas Tri Rismaharini dihadapan para kepala sekolah, guru dan siswa.
Kunci sukses memenangi persaingan global, kata Risma, terletak pada tiga hal. Yakni, cerdas secara intelektual, kuat secara emosional dan sehat secara fisik. Jika ketiga unsur tersebut diterapkan dengan benar, walikota yang masuk jajaran 50 pemimpin terbaik versi Fortune ini optimis, anak-anak Surabaya mampu ‘berbicara banyak’ di level global.
Di samping itu, walikota mengingatkan pentingnya menanamkan nilai kerja keras jika anak didik ingin berhasil.
Sementara, Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi mengatakan, Hardiknas merupakan momen yang bagus untuk menata kembali sistem pendidikan. Dia mengapresiasi niatan pemerintah yang akan mengembalikan pendidikan kepada hal dasar, yakni pembentukan karakter dan akhlak mulia yang dilandasi dengan nilai-nilai Pancasila.
Pada kesempatan tersebut, dia mengungkapkan bahwa pendidikan hendaknya harus mulai ditata secara sistemik, bukan parsial. Artinya, tanggung jawab sektor pendidikan bukan hanya ditangai oleh dinas saja, melainkan seluruh lapisan masyarakat harus terlibat di dalamnya.
Dikatakan Martadi, riset menunjukkan sebanyak 57 persen pendidikan dipengaruhi faktor keluarga dan masyarakat. “Untuk itu, perlu ada yang memberi perhatian ketika anak-anak berada di luar sekolah. Peran ini khususnya bisa dijalankan oleh keluarga maupun masyarakat untuk ikut aktif mengawasi dan mengarahkan generasi muda,” ujarnya saat ditemui usai upacara Hardiknas.
Setelah upacara, dilaksanakan penyerahan penghargaan bagi para pelajar berprestasi. Selain itu, dilanjutkan dengan launching program Kampung Pendidikan. (anto)