Surabaya (KN) – Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersama seluruh pegawai Pemkot melakukan penanaman pohon di sepanjang pantai batu-batu Kenjeran, Jumat pagi (6/12/2013). Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari gerakan nasional 1 milyar pohon yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Ribuan pohon yang sebagian besar berjenis cemara udang ditanam di sepanjang garis pantai, mulai dari THP Kenjeran hingga Sentra Ikan Bulak (SIB). Untuk urusan tanam-menanam dan penghijauan, reputasi Surabaya memang tidak diragukan lagi. Tahun lalu, Kota Pahlawan dinobatkan menjadi juara I gerakan 1 milyar pohon.
Kendati demikian, Walikota Tri Rismaharini menyatakan bahwa tujuan utama dilakukan penanaman bukanlah semata mengejar penghargaan. Melainkan bagaimana menyelamatkan kota dari kemungkinan terjadinya bencana. Sebab, berdasar prediksi dari sejumlah pakar, kota-kota yang terletak di pesisir pantai, termasuk Surabaya, terancam bencana gelombang pasang. Hal itu seiring global warming yang memicu pencairan es di kutub utara. “Dengan begitu, permukaan air laut naik drastis,” ujar walikota yang akrab disapa Risma ini.
Soal jenis pohon cemara udang yang banyak ditanam di pesisir Kenjeran, Risma yang pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengaku terinspirasi dari Phuket, Thailand. Di sana, ada lokasi yang selamat dari terjangan gelombang tsunami. Usut punya usut, ternyata tempat tersebut dibentengi pohon jenis cemara udang. “Makanya sekarang juga banyak menanam cemara udang,” terangnya.
Sepanjang pantai batu-batu Kenjeran memang kerap dimanfaatkan pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan. Namun, pemkot menegaskan tidak akan memberi toleransi lagi terhadap PKL yang masih bandel. Pasalnya, pemkot sudah memfasilitasi pedagang dengan membangun SIB sebagai tempat jualan. Penataan pedagang tersebut, kata Risma, merupakan bagian dari upaya merevitalisasi pantai kenjeran. “Ini bukan masalah laku atau tidak laku, ini masalah penataan. Kami ingin kawasan kenjeran ini menjadi indah dan sukses sebagai ikon Kota Surabaya,” jelasnya.
Lebih lanjut Walikota mengatakan, pantai kenjeran milik masyarakat Surabaya. Bukan milik segelintir orang. Oleh karenanya, dia merasa sudah menjadi tanggung jawabnya menggaransi semua masyarakat bisa menikmati keindahan pantai. Menurut walikota, keberadaan PKL liar sangat mengganggu estetika pantai. Mirisnya, PKL-PKL tersebut acap kali terbukti menjual minuman keras. Saat malam hari, tak jarang pula pasangan muda-mudi yang berbuat tak senonoh di lokasi tersebut. “Ini tentu berdampak buruk bagi generasi muda. Untuk itu, saya harap PKL bisa pindah ke tempat yang sudah disediakan. Yakni, SIB. Kecuali kalau saya tidak menyediakan itu baru saya yang salah,” tegasnya.
Tekad pemkot merevitalisasi pantai kenjeran bukannya tanpa landasan. Rencananya, pemkot bakal membangun jembatan yang diproyeksikan mampu menjadi ikon wisata baru. Selain itu, akses menuju pantai kenjeran juga akan dibenahi. Dengan begitu diharapkan investor tertarik menanamkan modalnya sehingga kawasan kenjeran bisa lebih maju. “Nantinya, monorel juga lewat sini,” ujarnya. (hms)