Kepala Puskesmas Bumiaji dr Kartini Kristalina di Kota Batu, Selasa, mengatakan Program Isi Piringku merupakan program bagi masyarakat agar memahami porsi makan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi.
“Kami memberikan edukasi kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu untuk memberikan porsi makan yang sesuai kepada anak, terutama tentang protein hewani,” kata Kartini.
Kartini menjelaskan porsi Isi Piringku terdiri makanan pokok yakni sumber karbohidrat dengan porsi dua per tiga dari setengah piring, dan kemudian dilengkapi dengan lauk pauk dengan ukuran yang sama.
Kemudian, lanjutnya, untuk setengah porsi piring lainnya diisi dengan proporsi sayur-sayuran yang lebih banyak dibanding dengan porsi buah-buahan. Ia menambahkan protein hewani tidak harus berasal dari bahan makanan yang mahal.
“Banyak sekali sumber protein di sekitar masyarakat yang bisa di konsumsi untuk melengkapi gizi pada makanan. Sumber protein hewani bisa berupa ikan lele atau telur,” ujarnya.
Menurutnya, dengan panduan makan sehat Isi Piringku, tidak hanya membuat kenyang, namun juga memastikan asupan gizi dalam tubuh, khususnya anak-anak terpenuhi. Asupan makanan tersebut akan membuat anak-anak sehat.
Salah satu warga di wilayah tersebut, Nuril yang memiliki balita mengatakan sosialisasi yang merupakan langkah edukasi tersebut memberikan manfaat karena sang anak yang berusia 17 bulan, mulai kesulitan memberikan nutrisi makanan.
“Penyuluhan memberikan makanan bayi agar bayinya suka makan, nanti saya akan coba buat resep yang tadi ditunjukkan” kata Nuril.
Pemkot Kota Batu berharap dengan kegiatan sosialisasi Isi Piringku tersebut bisa meningkatkan asupan gizi balita, secara khusus di wilayah tersebut dan menurunkan angka stunting, sehingga anak dapat tumbuh sehat dan kuat.
Tercatat berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Batu, jika dilihat dari periode 2018-2020 ada angka penurunan prevalensi stunting di wilayah tersebut.
Pada periode tersebut tingkat prevalensi stunting di Kota Baatu yang tercatat sebesar 28,33 persen pada 2018, turun menjadi 14,83 persen pada 2020. Pada periode 2020-2022 prevalensi stunting berkisar pada angka 14 persen ( wan/an)