Probolinggo,mediakorannusantar.com – Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan menggagas inovasi “Mak Blonjo” yakni jual beli secara daring, sehingga masyarakat tidak perlu datang ke pasar tradisional untuk berbelanja.
“Inovasi itu baru ada di Pasar Dringu sebagai percontohan, tetapi ke depan secara bertahap akan diterapkan dan dikembangkan di semua pasar tradisional yang ada di Probolinggo,” kata Kasi Pengembangan dan Penataan Sarana Prasarana Pasar Disperindag Kabupaten Probolinggo Winda Permata Erianti, Rabu.4/11
Dengan jargon “Siap Melayani Segala Kebutuhan Dapur Anda dengan Menyediakan Segala Macam Sembako”, masyarakat yang ingin belanja secara daring di Pasar Dringu cukup membuat pesanan melalui aplikasi Instagram @MakBlonjo_PasarDringu01, WhattsApp (WA) 082 331 100 427 (Sulis) dan email makblonjopasardringu@gmail.com.
“Untuk teknis belanja lewat daring ‘Mak Blonjo’ itu untuk sementara dikendalikan oleh koordinator pasar, tetapi selanjutnya akan dilakukan oleh PKL atau paguyuban pedagang,” tuturnya.
Ia mengatakan koordinator pasar itu langsung kepada pedagang, sedangkan pedagang tersebut sudah diedukasi tentang bagaimana cara menyiapkan dagangan.
“Selain itu, pedagang diedukasi supaya tertib ukur karena memang sudah ada standar operasional prosedurnya, sehingga jelas per ikat atau per kilogram untuk menjaga amanah,” katanya.
Untuk sementara memakai sarana yang mudah digunakan oleh ibu-ibu berbelanja seperti IG dan WA dan semua pedagang menyambut dengan baik terobosan “Mak Blonjo” itu dan sistem pembayarannya bisa membayar langsung di tempat atau COD dan melalui rekening bank.
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disperindag Kabupaten Probolinggo Taufik Alami mengatakan terobosan belanja secara daring itu dilatarbelakangi situasi pandemi COVID-19 yang mempengaruhi nilai beli masyarakat.
“Selain itu, rendahnya nilai beli masyarakat ditambah lagi kekhawatiran konsumen atau pengunjung untuk berbelanja di pasar tradisional atau berkunjung ke tempat keramaian,” katanya.
Pedagang dengan minimnya pengunjung dengan nilai beli masyarakat yang turun, maka pasar semakin sepi, sehingga tidak jarang pedagang, khususnya pedagang sembako termasuk sayur mayur membawa kembali dagangannya ke rumahnya.
“Pasar Dringu dipilih sebagai pilot project inovasi belanja secara daring ‘Mak Blonjo’ karena yang paling siap dibandingkan dengan yang lain terkait SDM pedagang dan lokasinya,” ujarnya.
Taufik mengatakan terobosan Mak Blonjo itu merupakan upaya dalam situasi mencegah dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dengan tidak berada di keramaian tetapi tetap terjadi komunikasi. (an/wan)