Jakarta, mediakorannusantara.com– Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, memastikan pemerintah akan melakukan kajian yang komprehensif dalam penentuan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Faktor inflasi serta daya beli masyarakat menjadi pertimbangan utama sebelum menyesuaikan harga BBM bersubsidi.
Hal tersebut disampaikan Tutuka dalam Focus Group Discussion: Kenapa BBM dan LPG Subsidi Harus Disesuaikan, yang digelar oleh Forum Merdeka Barat 9 secara virtual, Jumat (22/4/2022).
“Kami memahami kondisi masyarakat saat ini memang tidak mudah dan berat sehingga permintah akan hati-hati dalam menentukan harga BBM,” tegasnya.
Menurut Tutuka, pihaknya masih berupaya untuk mendapatkan data yang valid jumlah masyarakat yang berhak untuk memperoleh Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan solar bersubsidi.
“Memang kami akui LPG dan solar masih belum tepat sasaran dan kami masih berproses untuk mengetahui pihak-pihak yang benar berhak menerima BBM bersubsidi,” urainya.
Tutuka mengungkapkan sejumlah upaya agar LPG bisa tepat sasaran, seperti berkoordinasi dengan aparat keamana dan layanan call center. “Kami berikan sanksi kepada pihak-pihak yang menyalahgunakan LPG bersubsidi,” ujarnya.
Kementerian ESDM, kata Tutuka, juga melakukan monitoring secara langsung stok solar per daerah. Tutuka menambahkan kenaikan harga minyak dunia berpengaruh terhadap kompensasi subsidi BBM yang diberikan oleh pemerintah.
“Kompensasi sekitar Rp300 Triliun wajib diberikan akibat kenaikan harga minyak dunia,” ujarnya.
Menurutnya, situasi geopolitik internasional seperti perang Rusia-Ukraia berpengarruh terhadap harga minyak mentah.
Di sisi lain, Tutuka mengimbau agar masyarakat yang berkecukupan agar memiliki rasa empati.
“Jadi masyarakat yang mampu untuk membeli Pertadex janganlah membeli bio solar,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebutkan, pemerintah dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga Pertalite dan minyak Solar, serta LPG 3 kilogram sebagai respons atas lonjakan harga minyak dunia.
“Strategi menghadapi dampak kenaikan harga minyak dunia, untuk jangka menengah akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti Bahan Bakar Gas (BBG), bioethanol, bio CNG atau biomethane, dan lainnya,” ungkap Menteri Arifin dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/4/20220).
Arifin mengatakan, lonjakan harga minyak mentah dunia sebagai dampak dari serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu telah berimbas pula pada kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP). ICP pada Maret mencapai US$98,4 per barel.
ICP ini jauh di atas asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanaj Negara (APBN) yang hanya mengasumsikan senilai US$63 per barel.(wan/inf)