Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Salah satu pengaruh dari proses globalisasi adalah munculnya liberalisasi ekonomi yang membawa dampak munculnya ketimpangan, dimana efisiensi menjadi alasan utama untuk memenangkan pasar. Untuk itu, negara harus hadir untuk membantu yang kecil, memberi kemudahan untuk kelas menengah, dan memfasilitasi yang besar.“Banyak hal di Indonesia termasuk Jatim, bila tidak ada policy afirmatif terhadap yang kalah dalam pertarungan maka mereka akan habis. Tidak bisa yang besar, menengah dan kecil dibiarkan bertarung atas nama efisiensi, pemerintah harus memberi intervensi,” kata Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo saat menjadi Keynote Speaker dalam National Economic View Bedah Buku karyanya yang berjudul “Berkaca dari Kegagalan Liberalisasi Ekonomi” di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Selasa (13/11/2018).
Menurutnya, salah satu kelompok kecil yang harus dibantu agar tidak kalah dalam liberalisasi ekonomi adalah UMKM. Apalagi, menurut sensus tahun 2016 lalu, di Jatim terdapat 12,1 juta UMKM, meningkat dari sensus tahun 2012 yang berjumlah 6,8 juta UMKM. Serta dari 21,03 juta jumlah tenaga kerja Jatim di tahun 2017, sebanyak 18,9 juta bekerja di sektor UMKM.
“Data ini memberi perintah agar tenaga kerja di sektor UMKM ini harus diurus dengan benar, jangan sampai usaha di situ bangkrut atau mengecil,” kata Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur Jatim ini.
Untuk itu sebagai langkah melindungi sektor UMKM, pada tahun 2009 dibentuklah Bank UMKM di Jatim. Bank ini memberikan suku bunga kredit lebih kecil kepada sektor UMKM daripada suku bunga untuk perusahaan besar, yakni sebesar 6 persen.
Keberadaan UMKM ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam menjembatani kekuatan pasar dan perwujudan keadilan. Sehingga, keberadaan UMKM diharapkan dapat mengurangi ketimpangan yang ada sebagai akibat dari kegagalan liberalisasi ekonomi.
Hal ini, lanjutnya, sesuai dengan strategi pembangunan ekonomi di Jatim yakni ‘Jatimnomics’, yang fokus pada tiga aspek utama. Tiga aspek itu, pertama, aspek produksi untuk meningkatkan daya saing UMKM melalui peningkatan SDM dengan pendidikan vokasional. Kedua, strategi pembiayaan yang kompetitif salah satunya melalui loan agreement. Serta ketiga adalah aspek pemasaran yang kompetitif melalui 26 Kantor Perwakilan Dagang (KPD) di beberapa provinsi di Indonesia. “Konsep ini dilakukan agar ekonomi Jatim tumbuh inklusif dan berkeadilan,” jelasnya.
Sementara itu, Pakar Ekonomi, Faisal Basri mengatakan, secara historis Jatim berbeda dengan provinsi lain. Dilihat sejak zaman kerajaan Majapahit yang menguasai hampir seluruh wilayah nusantara hingga ke beberapa wilayah luar Indonesia. Ciri khas Majapahit yang terbuka inilah yang kemudian terbawa hingga saat ini. Masyarakat Jatim yang terbuka membuat provinsi ini melihat hubungan dengan daerah luar menjadi peluang yang bisa diambil.
“Ciri khas ini yang kemudian membuat Jatim menjadi provinsi yang surplus di berbagai bidang termasuk perdagangan,” katanya.
Menurutnya, Jatim juga mampu menjadi contoh bagi provinsi lain dalam pembangunan yang seimbang baik desa dan kota, antar kabupaten, maupun antar sektor. Kemajuan ini, lanjutnya, didukung oleh faktor pemimpin dalam hal ini Pakde Karwo yang sangat jeli melihat peluang tidak hanya di sektor ekonomi tapi juga geografis. Dimana di sektor maritim, Pakde Karwo juga membangun enam pelabuhan laut untuk mendukung industri di Jatim dan menjadikan Jatim sebagai hub kawasan timur Indonesia.
Sebelumnya, Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional, Bayu Priawan mengatakan, dari buku karangan Pakde Karwo ini dapat dilihat bahwa UMKM menjadi tulang punggung ekonomi di hampir semua negara. Jatim bukan sekedar retorika tapi sudah mengimplementasikannya melalui kebijakan dan solusi yang ada terhadap industri UMKM.
“Saya cukup surprise ada bank UMKM di Jatim yang memberikan kemudahan dari sisi bunga, proses dan jaminan,” katanya.
Dalam kesempatan ini ia juga mengapresiasi Pakde Karwo yang mampu memimpin Jatim dengan baik sehingga kondisi ekonomi dan politiknya kondusif. “Kalau saja gubernur boleh tiga periode, saya yakin Pakde Karwo pasti terpilih lagi,” pungkasnya. (KN01)
Foto : Pakde Karwo saat menjadi Keynote Speaker dalam National Economic View Bedah Buku karyanya di Fakultas Ekonomi UNESA