Sampang (KN) – Suasana di lokasi ponpes dan rumah tokoh Syiah di Dusun Nangkrenang Desa Karang Gayam, Kecamatan Karang Penang, Sampang, Madura, yang dibakar warga hingga malam ini masih mencekam.Ratusan warga yang dimungkinkan penganut Syiah di kawasan tersebut, dievakuasi aparat Kepolisian untuk mengantisipasi adanya serangan susulan. “Kita evakuasi untuk mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Kapolres Sampang AKBP Solehan, Kamis (29/12).
Warga yang sudah dievakuasi polisi ke Kantor Kecamatan Omben yakni sekitar 350 jiwa mulai anak-anak hingga orang dewasa. “Saya ikut saja yang diinginkjan polisi, untuk menjaga kemanana saya dan keluarga saya,” tutur Roib salah satu pengungsi yang ditemui wartawan di kantor Kecamatan Omben.
Warga yang berada di pengungsian ini mendapatkan penjagaan ketat dari aparat Kepolisian. Melihat pengungsi yang diperkirakan penganut Syiah cukup banyak, rencananya Pemkab Sampang akan mendirikan tenda pengungsian serta dapur umum di area kantor kecamatan.
Sementara DPRD Jatim Jatim meminta kepada aparat keamanan dari unsur TNI dan Kepolisian untuk segera melakukan lokalisasi daerah konflik pembakaran pesantren di Dusun Nangkrenang Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Blukuran Kec Karang Penang Kabupaten Sampang.
Anggota Fraksi PKB DPRD Jatim Ahmad Nawardi, yang ditemui wartawan usai sidang paripurna di Gedung DPRD Jatim, Kamis (29/12) mengatakan, dalam menyelesaikan konflik seperti ini ada baiknya komponen terkait dan aparat keamanan harus mencermati dan menanganinya secara hati-hati. Itu dilakukan agar kejadian ini tidak akan terjadi dilokasi lain. “Saya menyesalkan dan prihatin aksi pembakaran pondok pesantren itu. Ada baiknya persoalan ini bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan,” ujarnya.
Selain itu pihaknya juga berkoordinasi dengan warga lainnya agar menghentikan aksi kekerasan. “Saya minta aparat keamanan untuk melokalisir daerah konflik supaya tidak merembet ke daerah lainnya,” tuturnya.
Hasil keterangan dari tokoh masyarakat di lapangan, kata Nawardi, persoalan ini sudah terjadi cukup lama sekitar 6 tahun lalu yang menginginkan agar aktifitas syiahnya direlokasi ke tempat lain. Dikarenakan warga mayoritas penganut sunni merasa terganggu adanya aktivitas penganut syiah. “Seharusnya konflik ini tidak perlu terjadi jika masing-masing pihak saling memahami. Tidak itu saja, aparat keamanan seharusnya juga sudah mengantisipasi,” kata Nawardi anggota Komisi B DPRD Jatim ini.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, dalam hal ini Pemerintah Jawa Timur bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Sampang sudah beberapa kali berusaha mendamaikan kedua kelompok tersebut. “Dulu sudah kami lakukan pendekatan, saya tidak tahu kenapa hari ini bisa seperti itu,” kata Gubernur Soekarwo.
Menurut Gubernur, apa yang terjadi di Sampang itu mirip dengan penyerangan kompleks pesantren Syiah di Bangil, Pasuruan, beberapa bulan lalu. Di Pasuruan, tawuran juga melibatkan dua bersaudara yang sama-sama habib.
Meski demikian, karena pertikaian ini sudah melibatkan agama dan terjadi antar umat Islam sendiri, Soekarwo berharap kepada aparat keamanan bisa mencegah aksi kekerasan meluas dan melerai kedua kubu. “Saya sudah kontak Kapolda. Saya berharap segera melakukan pendekatan persuasif. Memang perlu waktu lama, tapi hanya inilah yang bisa dilakukan,” katanya. (ms)