Surabaya (KN) – Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Harun menyatakan akan segera menyesuaikan kompetensi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan kebutuhan dunia kerja, baik dengan perusahaan regional, nasional, maupun internasional. Hal itu mutlak dilakukan karena menjadi bagian dari upaya melakukan link and match untuk menekan angka pengangguran. “Kita pelajari kebutuhan dunia kerja, nanti akan segera dicocokkan. Kita lihat kurikulum masing-masing perusahaan baru disiapkan siswa yang bisa menempati posisi itu,” kata Harun, Selasa (16/9/2014).
Sejatinya, Jawa Timur sudah siap menempatkan lulusan SMK di berbagai perusahaan. Selama ini, SMK di Jatim telah menghasilkan banyak lulusan yang memiliki berbagai keahlian, bahkan perusahaan tinggal memilih tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaannya.
Harun kemudian mencontohkan, perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing di luar negeri pasti memiliki kompetensi khusus. Referensi kompetensi ini akan segera dihimpun oleh Dindik Jatim dengan mengadakan kerjasama dengan berbagai perusahaan.
Sebelumnya, Perwakilan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jerman, Andreas Goschie mengungkapkan negaranya membutuhkan tenaga kerja terampil sekitar 6 juta orang. Tingginya kebutuhan ini lantaran jumlah penduduk Jerman yang terus menyusut dari tahun ke tahun.
Hal ini berpengaruh terhadap standar hidup masyarakat. Jika mereka ingin bertahan hidup, maka diperlukan tenaga dari luar Jerman. Indonesia, lanjut Andreas khususnya Jatim memiliki potensi besar karena penduduknya terbesar keempat di dunia.
Melihat perkembangan SMK di Jatim, Andreas yakin kompetensi yang dimiliki lulusan SMK akan bisa memenuhi standart yang ditentukan Jerman. “Pada satu keluarga di Jerman hanya menghasilkan satu anak, ini artinya populasi Jerman menurun. Oleh sebab itu ke depan Jerman membutuhkan tenaga kerja dari luar. Indonesia saya kira bisa jika kompetensinya sesuai dengan kebutuhan perusahaan,” ujarnya.
Menanggapi tawaran Jerman tersebut, Gubernur Jatim yang akrab disapa Pakde Karwo mengemukakan, supaya tenaga-tenaga terampil lulusan SMK Jatim dapat mengisi lowongan yang ada sesuai ketrampilan yang mereka miliki sekaligus yang dibutuhkan, maka Pemprov Jatim dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur segera memperbaiki sistem pendidikan belajar mengajar di SMK-SMK yakni yang tadinya 40 – 60 menjadi 70 praktek dan 30 persen teori.
“Tawaran kerja sama lowongan kerja itu bukan lulusan apa yang dipertanyakan tapi kerja apa mereka nanti disana. Itulah yang menjadi titik beratnya atau penekanannya,” katanya.
Ia mengatakan, dari enam juta lowongan kerja yang ditawarkan Jerman ke Jatim, dan anak- anak lulusan SMK Jatim minimal bisa mengisi seribu lowongan yang ada ini sudah sangat bagus. Sebab, dari jumlah seribu lowongan yang terisi oleh tenaga kerja Jatim itu sudah bisa merubah citra bahwa Jawa Timur itu memang benar- benar mampu dan baik. (yo)