“Bahasa visual lebih mudah menarik perhatian dan lebih mudah ditangkap daripada bahasa lisan. Saya yakin tidak ada yang mendengarkan pidato dua kali, tetapi kalau (menonton) film bisa berkali-kali,” kata Wakil Ketua KPK Alexander Marwata dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.1/5
Hal tersebut disampaikan Alex saat membuka Anti-Corruption Film Festival (ACFFest) di Auditorium Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG) Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Selasa (30/4).
Perhelatan ACFFest tahun 2024 menjadi spesial karena bertepatan dengan satu dekade perjalanan ACFFest dalam melawan korupsi melalui karya film. Festival kali ini mengusung tema “Satu Dekade Berkarya, Berantas Korupsi Lewat Seni”.
“ACFFest tidak hanya menjadi media kampanye antikorupsi, tetapi lebih dari itu, 10 tahun ACFFest telah menjadi sebuah gerakan sosial antikorupsi dari anak muda melalui media film,” ujarnya.
Seni pertunjukan, tutur Alex, merupakan media yang tepat bagi KPK untuk menjangkau dan mengedukasi masyarakat, terutama mengenai sembilan nilai antikorupsi tanpa menggurui.
Nilai tersebut, yakni JUMAT BERSEPEDA KK (jujur, mandiri, tanggung jawab, sederhana, peduli, disiplin, adil, dan kerja keras).
“Kami berharap ke depan ide baru akan terus berkembang. Bila perlu gunakan bahasa daerah, supaya bisa kita putar di setiap daerah sambil berkolaborasi dengan pemerintah daerah. Karena di pemda ada Layanan Publik Satu Pintu. Jadi, ketika masyarakat menunggu diberi layanan, bisa menonton film pendek seperti tadi. Kan selain terhibur, masyarakat bisa menangkap nilai-nilai antikorupsi di dalamnya. Itu sebenarnya tujuan dari ACFFest ini,” imbuhnya.
Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Wawan Wardiana menambahkan bahwa semangat masyarakat dalam pemberantasan korupsi tidak pernah padam dalam kondisi apa pun.
Hal ini dibuktikan dengan submission karya film yang terus meningkat setiap tahunnya.
Tercatat sepanjang satu dekade ACFFest ini sudah melahirkan 47 karya ide cerita serta 118 film pendek fiksi yang berhasil tayang di berbagai platform, seperti YouTube, Maxstream, Cinemaworld, Pesawat Garuda Indonesia, Kereta Api Indonesia, Genflix, hingga Bioskop Online.
“Di saat festival film lain terhenti karena pandemi, ACFFest masih berjalan dengan submission karya yang selalu meningkat. Bahkan, total submission yang masuk dari 2013 hingga 2023 ada 4.700 submission dari sejumlah kategori. Keberlangsungan satu dekade ACFFest juga menunjukkan bahwa KPK menghargai karya seni dalam perjuangan pemberantasan korupsi,” jelas Wawan.
Rektor Universitas Parahyangan Tri Basuki Joewono juga menyambut baik kehadiran ACFFest 2024.
Menurut ia, ACFFest bukan sekadar ajang untuk mengedukasi tentang pentingnya kesadaran melawan korupsi, tetapi juga bentuk kolaboratif KPK dengan masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
“Kami berharap semoga kegiatan kolaboratif hari ini akan menegaskan, menguatkan, dan menggemakan komitmen untuk mewujudkan peradaban baru, yaitu manusia yang humanum, yang ditandai dengan berbudaya antikorupsi,” tuturnya.
Pada kesempatan ini, Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Kota Bandung Hikmat Ginanjar turut mengapresiasi perhelatan ACFFest yang sudah terselenggara selama 10 tahun ini.
“ACFFest 2024 ini diharapkan mampu menjadi pengembangan positif bagi pelaku seni maupun film yang terlibat. Dengan begitu, mampu memberikan efek domino yang baik bagi para pelaku lainnya. Sehingga bisa menjadi percontohan bagi sesama generasi muda dan masyarakat,” ucap Hikmat. ( wan/ar)