“Peran dai sangat sentral, penting, dan menjadi kunci dalam program kontraradikalisme dan deradikalisasi dalam upaya pencegahan ideologi kekerasan radikalisme terorisme,” kata Rycko dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.28/5
Jenderal bintang tiga itu menuturkan bahwa dai dan daiah dapat berperan langsung untuk mengubah pemahaman dan mindset masyarakat yang telah terpapar radikalisme, termasuk kepada mantan napiter dengan cara memberikan tausiah sesuai dengan ajaran agama yang damai jauh dari ajaran kebencian.
Menurut dia, dai dan daiah dapat mengubah paham budaya kekerasan, meluruskan pemahaman dengan tausiah kepada masyarakat.
Pentingnya peran dai dan daiah ini, kata Rycko, juga terletak pada posisi dai dan daiah pada tatanan masyarakat yang lebih dipercaya dan dianggap orang “suci” dalam mengajarkan kebenaran agama.
“Dai dan daiah termasuk para orang tua, kiai, ajengan, ustaz, dan ustazah mereka dipercaya dan dianggap orang suci,” kata mantan Kabaintelkam Polri itu.
Untuk itu, kata dia, ketika dai dan daiah banyak yang terlibat dalam memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat, masyarakat yang terpapar bisa yakin dan mau mengubah pemikiran dan sikap mereka.
Untuk itu, BNPT terus menghimpun seluruh komponen bangsa, termasuk di dalamnya para dai dan daiah, untuk bekerja sama dalam pencegahan ideologi kekerasan.
Upaya tersebut disampaikan dalam acara sarasehan bersama dai dan daiah se-Jawa Barat dalam rangka Pencegahan Radikalisme Terorisme di Indonesia.
Turut Hadir dalam acara tersebut Staf Khusus Menteri Agama Nuruzzaman yang sependapat dengan Kepala BNPT RI.
Nuruzzaman mengatakan bahwa Kemenag banyak melatih dai dan daiah di seluruh Indonesia untuk lebih aktif dalam memberikan pencerahan agama yang menekankan semangat toleransi, menghargai perbedaan, dan komitmen kebangsaan dalam rangka melawan ideologi kekerasan yang merongrong kedaulatan bangsa.
Menurut dia, tantangan cukup serius yang dialami bangsa Indonesia adalah berkembangnya ajaran agama yang berlebihan, bahkan ekstrem dan bertolak belakang dengan esensi agama. Ada juga klaim kebenaran dengan tafsir agama, “dia benar orang lain salah”, dan ada yang merongrong konsensus kebangsaan atas nama agama.
“Di sini peran dai dan daiah untuk aktif memberikan ajaran moderasi beragama dan komitmen kebangsaan,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpol Jawa Barat H.R. Iip Hidajat menambahkan Provinsi Jawa Barat telah secara nyata mendukung upaya pencegahan terorisme dalam rangka membangun kesiapsiagaan dan ketahanan nasional dari gempuran ideologi transnasional berbasis kekerasan.
Dengan Perpres Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorism (RAN PE) Nomor 7 Tahun 2021, Permendagri No 33 Tahun 2017 dan didukung Pergub Jabar No 4 Tahun 2022, pihaknya di Jawa Barat telah berkomitmen mencegah terorisme.
“Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendukung keterlibatan dai dan daiah se-Jawa Barat untuk aktif dalam pencegahan paham radikalisme terorisme,” kata Iip.
Sebagai wujud komitmen para dai dan daiah dalam mencegah ideologi kekerasan, pada penutup kegiatan sarasehan tersebut, ratusan dai dan daiah di Jawa Barat melakukan Ikrar Kebangsaan untuk terus menyebarkan dakwah Islam dengan semangat moderasi beragama serta menjaga perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. ( wan/an)