Jakarta (mediakorannusantara.com) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya meningkatkan produktivitas industri kecil dan menengah (IKM) agar mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. Langkah ini dinilai dapat memacu perekonomian nasional, terutama di tengah kondisi pandemi saat ini.
“Guna mencapai sasaran tersebut, salah satu program strategis yang diakselerasi adalah Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN),” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (13/7/2021).
Dirjen IKMA menegaskan, pelaksanaan program P3DN perlu dilakukan secara sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait. Hal ini guna lebih mengoptimalkan tujuan utama dan tepat sasaran dalam memprioritaskan produksi industri dalam negeri.
“Dengan adanya program P3DN, IKM sebetulnya memiliki peluang pasar yang lebih besar. Apalagi, pemerintah telah mengamanatkan program ini dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,” paparnya.
Gati mengemukakan, belanja barang dan belanja modal pemerintah pusat sebesar Rp609,3 triliun, yangsemestinya dapat dioptimalkan sebagai peluang pasar bagi IKM.
“Jadi pemerintah itu punya Rp600 triliunan yang pasti dibelanjakan, sehingga di saat masyarakat daya belinya kurang saat ini, peluang pasar dari belanja pemerintah diharap membantu,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut Gati, pihaknya meminta pelaku IKM rutin memantau setiap produk yang ada di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Hal ini agar semakin memahami setiap kebutuhan produk yang diserap kementerian/lembaga saat ini.
Di samping itu, Kemenperin mendorong agar semakin banyak IKM yang ikut serta dalam program belanja pemerintah melalui e-Katalog LKPP. IKM potensial akan diusulkan dalam laman UMKM di e-Katalog LKPP.
“Penyerapan anggaran untuk belanja barang dan jasa produksi dalam negeri perlu terus dioptimalkan. Melalui program e-Katalog, e-tendering, dan toko online, pemerintah menargetkan penyerapan produk dalam negeri bisa mencapai Rp400 triliun,” ungkapnya.
Gati menyebutkan, saat ini 475 IKM yang memiliki akun di marketplace dan terhubung dengan aplikasi Bela Pengadaan milik LKPP. “Dari seluruh produk IKM tersebut baru 188 IKM atau 39 persen yang produknya berpotensi diserap melalui Bela Pengadaan,” ujarnya.
Menurut Gati, pihaknya akan mengusulkan perluasan kategori pada aplikasi Bela Pengadaan, yang saat ini hanya ada enam kategori, yakni angkutan, makanan, kurir, alat tulis kantor, souvenir dan furnitur. Kategori baru yang akan ditambah adalah alat kesehatan.
Di sisi lain, Gati mencatat, jumlah IKM saat ini sebanyak 4,4 juta unit usaha atau 99,7 persen dari total jumlah unit usaha industri yang ada di Indonesia. Adapun jumlah tenaga kerja di sektor IKM sebanyak 10,3 juta orang. “Nilai output IKM terhadap industri perlu terus digenjot, yang saat ini baru mencapai 21,22 persen per tahun lalu. Untuk itu, pentingnya sejumlah upaya mendorong IKM agar terus naik kelas,” tegasnya.
Gati menambahkan, pihaknya terus memfasilitasi pelaku IKM untuk berpartisipasi dalam pengadaan melalui program e-Smart IKM, yang juga bekerja sama dengan beberapa marketplace. Melalui program e-Smart IKM, para peserta yang terpilih akan memiliki akses digital ke marketplace global, serta berhak mendapatkan pendampingan pembangunan bisnis digital dari para ahli.
Sektor industri makanan dan minuman menyumbang nilai ekspor terbesar sepanjang Januari-Maret 2021. Di dalamnya terdapat kontribusi dari IKM pangan yang berjumlah 1,6 juta unit usaha di seluruh wilayah Indonesia.
IKM tersebut juga ditampilkan dalam katalog online di laman esmartikm.id dan diikutsertakan dalam kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. “Selain itu, untuk meningkatkan kualitas desain dan kemasan produk IKM, Ditjen IKMA juga membuka platform e-Kemasan atau Klinik DesainMerek dan Kemasan (KDMK) yang bisa diakses secara online,” imbuhnya.
Kemenperin juga bekerja sama dengan kementerian dan lembaga lain untuk memperluas akses pasar IKM. Beberapa program di antaranya, Pasar Digital UMKM (PaDi) yang diinisiasi Kementerian BUMN, program Indonesia Spice Up The World untuk memperkenalkan bumbu atau produk pangan olahan khas Indonesia, serta program Aku Siap Ekspor (Akselerasi UKM Siap Ekspor) sebagai bentuk kolaborasi Kemenperin, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Program Indonesia Spice Up The World akan diluncurkan saat National Day Expo2020 Dubai pada 2 November 2021. Kemenperin mendorong kerja sama dengan Lulu Group International untuk memasarkan rempah dan bumbu Indonesia di seluruh jaringan sektor bisnis milik retail terbesar di Timur Tengah itu. Sementara program Aku Siap Ekspor ditargetkan dapat memperluas akses pasar internasional bagi IKM sektor home decor.
“Untuk itu, diharapkan IKM telah menyiapkan produk yang berkualitas, membangun branding yang positif, memperkuat inovasi, dan mampu membaca tren serta kebutuhan pasar global,” tutur Gati. (ip/res)