Jakarta (MediaKorannusantara.com) – Perguruan tinggi atau kampus di Indonesia diminta untuk memperbanyak program “link and match” yang mengawinkan dunia akademi dengan usaha sebagai upaya menyiapkan sumber daya manusia siap kerja sekaligus menciptakan wirausaha baru.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wikan Sakarinto dalam kunjungannya ke Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, Kamis, mengatakan penting mengawinkan dunia akademi dan dunia industri sebagai upaya mempersiapkan SDM yang siap pakai sekaligus wirausaha yang kreatif dan inovatif.“Kami ingin memastikan sudah sampai mana program ‘link and match’ di kampus,” kata Wikan.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penyesuaian kurikulum yang seiring dengan kebutuhan dunia usaha dan perkembangan terkini.Terlebih kata dia, pada masa pandemi COVID-19 kampus-kampus harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat hingga harus menerapkan pembelajaran dengan sistem daring.
Sementara itu, Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif, Dr Purnomo Ananto, M.M. mengatakan kampusnya telah siap untuk menerapkan kurikulum yang memungkinkan lulusannya dapat segera diserap industri bahkan untuk menjadi wirausaha baru.
“Saat ini tingkat serapan lulusan kami mencapai 81 persen, jika sudah seluruh program studi meluluskan untuk D4 kemungkinan serapan ke dunia usaha akan meningkat,” katanya.
Ia mengatakan pihaknya menerapkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri yang tidak semata fokus pada “hardskill” tapi juga “softskill” meliputi kemampuan berkomunikasi, kritis, dan kreatif.“Kampus berbasis produksi dan wirausaha sehingga memang mata kuliah wirausaha ini wajib di semua program studi selama dua semester,” katanya.
Bahkan untuk mendukung program penciptaan wirausaha baru, kampus menyiapkan dana bergulir untuk mahasiswa yang ingin berwirausaha dengan cara mengajukan proposal dengan nilai berkisar Rp8 juta-Rp25 juta. Dana bergulir tersebut pun harus dikembalikan oleh mahasiswa dalam waktu 6-8 bulan.(KN07/an)