Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) selalu terbuka untuk menjalin hubungan internasional dengan perguruan tinggi luar negeri di seluruh dunia. Kali ini dibuktikan dengan dilakukannya kunjungan secara daring oleh Dalian University of Technology (DUT) Tiongkok, Selasa (12/7/2022), yang dimaksudkan untuk memperkuat kerja sama dalam hal mobilitas dosen dan mahasiswa.
Dalam pertemuan kunjungan itu, turut hadir Yaya Sutarya selaku Atase Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD, serta Prof Jia Zhenyuan selaku Executive Vice President of DUT. Jia mengungkapkan bahwa kunjungan ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi kerja sama ITS dengan DUT selama lima tahun ke belakang.
Begitu juga yang disampaikan oleh CommTECH and Mobility Program Manager Direktorat Kemitraan Global ITS Muhammad Wahyu Islami Pratama Maoundu ST MHub Int. Wahyu mengatakan bahwa kesempatan ini bertujuan memperkuat kerja sama ITS dan DUT khususnya di tiga bidang keilmuan, yaitu architecture, environmental science, dan chemical.
Pertemuan ini sendiri terbagi menjadi tiga sesi. Sesi yang pertama merupakan sesi ‘sakral’ yang berisi sambutan dari jajaran pimpinan dan perwakilan masing-masing institusi. “Selain itu, di sesi ini kami lebih menekankan kepada perjalanan kebersamaan ITS dan DUT selama lima tahun terakhir,” ungkap alumnus Teknik Sipil ITS tersebut.
Di sesi kedua, acara dilanjutkan dengan penyampaian testimoni oleh dosen dan mahasiswa, baik dari ITS maupun DUT, yang pernah mengikuti program kerja sama ini. Selain pembahasan bidang akademik, masing-masing pihak juga memaparkan program-program yang sedang dikembangkan, fokus keahlian, dan manfaat dari bidang yang digelutinya.
Bukan tanpa sebab, kerja sama antara ITS dan DUT ini memang terjalin karena visi yang sama. Keduanya diketahui memiliki minat di bidang riset dan bertekad mendukung hubungan bilateral Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), khususnya dengan Kota Surabaya di bidang industri dan pendidikan. “Mereka (KBRI, red) mengakui kontribusi ITS dalam memfasilitasi dan membangun Kota Surabaya, untuk itu mereka ingin memperkuat kerja samanya bersama kami,” papar Wahyu.
Di sesi terakhir, untuk menyinergikan kedua perguruan tinggi tersebut, diadakan forum diskusi yang dikemas dalam Guest Lecture Series (GLS). Kegiatan ini dimaksudkan agar terjalin relasi baru yang lebih intens antardosen. “Pasalnya, selama pandemi, agenda internasionalisasi yang dapat kami lakukan cukup terbatas dan bersifat jangka pendek sehingga perlu diskusi lebih detail terkait rencana selanjutnya,” terang Wahyu.
Lebih lanjut, Wahyu menambahkan bahwa sejauh ini departemen di ITS yang telah mengikuti program bersama DUT rata-rata berasal dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) serta Departemen Teknik Lingkungan. Hal itu karena bidang yang tersedia hanya terhubung dengan keduanya. “Namun, mulai tahun ini kami menambahkan bidang keilmuan chemical yang terkait dengan Departemen Teknik Material dan Metalurgi serta Teknik Kimia Industri ITS,” bebernya.
Sembari menunggu perbatasan Tiongkok kembali dibuka untuk warga asing, Wahyu menargetkan dapat menyusun pembicaraan terkait agenda internasionalisasi yang bersifat long term atau jangka panjang. Wahyu berharap kegiatan ini dapat menjadi titik awal hubungan kerja sama ITS dan DUT yang sempat lesu akibat pandemi. “Kami yakin dapat menciptakan kerja sama yang lebih luas ke depannya,” tandasnya optimistis. (jack)