Surabaya (mediakorannusantara.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, bergerak cepat melakukan pencegahan adanya penularan penyakit Mpox (Monkey Pox) di Kota Pahlawan. Pencegahan yang dilakukan diantaranya adalah, melakukan sosialisasi dan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat.
Ketua Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Moh. Ashadi Mu’minin mengatakan, pemkot melalui Dinkes Surabaya sudah mulai melakukan sosialisasi kewaspadaan terhadap Mpox sejak tahun 2023. Nah, di tahun ini, Dinkes meningkatkan kembali sosialisasi kewaspadaan terhadap Mpox melalui jajaran organisasi perangkat daerah (OPD), kelurahan, kecamatan, RS, hingga puskesmas.
“Sudah kami sosialisasikan terkait managerial kasus terkait gejala, cara penularan, hingga langkah pencegahan terkait Mpox. Kami juga bekerjasama dengan otoritas pelabuhan dan bandara, tujuannya untuk memperketat di pintu-pintu masuk seperti pelabuhan dan bandara,” kata Ashadi, Rabu, (28/8/2024).
Tidak hanya itu, Ashadi melanjutkan, Pemkot Surabaya juga meningkatkan kapasitas dan penguatan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) untuk mendeteksi dini, pelatihan, dan pengendalian Mpox. Selain itu, pemkot juga melakukan pelatihan rekam medis hingga peningkatan atau menyediakan peralatan yang diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit Mpox.
“Kami juga melakukan pengecekan, dan konfirmasi kasus 1×24 jam, itu harus dilaporkan. Nah, itu akan kita tindak lanjuti agar penanganannya lebih cepat,” ujar Ashadi.
Ashadi menjelaskan, sejak tahun lalu pemkot melalui Dinkes juga melakukan pemantauan kasus Mpox secara berkala. Pemantauan kasus tersebut dilakukan melalui aplikasi SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI).
“Jadi kita memantau melalui aplikasi ini, dan ini bisa dipantau oleh seluruh Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia. Kami juga melakukan diseminasi informasi kepada masyarakat secara masif, baik melalui media massa ataupun sosial media, tujuannya agar tidak timbul hoaks atau timbul kepanikan di masyarakat,” jelasnya.
Ashadi mengungkapkan, selama tahun 2024, kasus Mpox di Surabaya masih belum ada, alias Nol kasus. “Kota Surabaya sendiri sudah melakukan tindakan sejak tahun 2023, dan tahun ini kita lakukan peningkatan sosialisasi,” ungkapnya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RS Husada Utama, Ni Putu Susari Widianningsih, menyampaikan upaya-upaya pencegahan agar terhindar dari penyakit Mpox. Yakni dengan menjaga pola hidup sehat dan mengolah makanan dengan baik dan benar.
Penularan Mpox bisa melalui cairan tubuh, luka, hubungan sexual, droplet, hingga melalui bekas luka Mpox. ”Karena penularanya ini bisa dari hewan, dari makanan daging yang dimasak dengan cara tidak baik, kemudian juga bisa memperhatikan kesehatan hewan prliharaan,” kata Putu.
Putu menjelaskan, gejala Mpox yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah, adanya pembesaran kelenjar getah bening dan terasa nyeri. “Kemudian timbul ruam-ruam, hingga demam, itu harus waspada. Jika ada riwayat kontak atau bepergian, itu harus memeriksakan diri ke dokter,” jelasnya.
Dirinya mengingatkan kepada masyarakat agar tidak melupakan pola hidup sehat, agar tidak mudah tertular penyakit tersebut. “Kami harap terus waspada jika kemudian ada gejala. Selain itu kami harap pemerintah bisa memperluas testing untuk pemeriksaan terhadap orang-orang bergejala, dan harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghambat penyebaran yang lebih luas lagi,” pungkasnya. (jack)