Jakarta, mediak8rannusantara.com  Sekretaris Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Noudy R.P. Tendean meminta partai politik (parpol) untuk mengoptimalkan proses rekrutmen dan kaderisasi demi terbentuknya kader-kader berkualitas yang siap mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin.

Pasalnya, parpol memiliki peran dalam memperkuat sistem demokrasi di Indonesia.

“Idealnya partai politik ini dapat berperan sebagai penghubung antara pemerintah dan masyarakat, sehingga berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah berpihak pada kepentingan dan aspirasi masyarakat,” kata Noudy dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan rekrutmen dan kaderisasi yang optimal akan membantu parpol menyaring calon pemimpin yang memiliki komitmen dan kapabilitas untuk membawa perubahan yang positif bagi bangsa.

“Parpol memiliki posisi strategis dalam sistem demokrasi, yakni menjadi poros dalam proses demokrasi,” tambahnya.

Kendati demikian, Noudy menilai kurang optimal-nya proses rekrutmen dan kaderisasi partai disebabkan oleh belum adanya sistem kaderisasi yang jelas.

Hal ini menyebabkan sumber rekrutmen politik cenderung masih mengikuti garis yang ditentukan oleh faktor primordial seperti agama, hubungan daerah, kesamaan daerah, faktor kesetiaan, hingga kedekatan dengan pemimpin partai.

“(Masalah lainnya) adanya dominasi pimpinan partai dalam proses seleksi calon anggota legislatif,” jelas Noudy.

Sejalan dengan itu, Pj. Wali Kota Parepare Akbar Ali mengungkapkan keterbatasan finansial juga menghambat parpol dalam melaksanakan kaderisasi bahkan pendidikan politik kepada anggota partai dan masyarakat.

Padahal, pendidikan politik sangat penting untuk mendorong partisipasi aktif dan tanggung jawab warga negara dalam pelaksanaan demokrasi.

“Mereka (parpol) akhirnya dalam melaksanakan rekrutmen anggota mengambil dari mereka yang memiliki popularitas di tengah masyarakat, namun secara intelektual terbatas,” ujar Akbar.

Sementara itu, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Syarif Hidayat membenarkan berbagai pandangan tersebut.

Baca juga: BSKDN sebut sistem kaderisasi parpol penting untuk kualitas demokrasi

Baca juga: Pakar: Parpol gaet artis jadi caleg tunjukkan kegagalan kaderisasi

Baca juga: Siti Zuhro: Parpol wadah kaderisasi lahirkan pemimpin berkualitas

Secara umum berdasarkan data Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Indonesia dinilai telah cukup berhasil menjaga partisipasi pemilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu).

Kendati secara kuantitas, lembaga maupun aturan main demokrasi telah dihadirkan, tetapi secara kualitas praktik yang berlangsung belum mencerminkan karakter demokrasi yang substantif.

Hal ini lantaran minim kapasitas karena sistem kaderisasi yang kurang optimal.

“Oleh karena itu partai politik itu menjadi sangat penting, untuk kemudian diperbaiki perannya (khususnya dalam rekrutmen dan kaderisasi),” ucap Syarif.

Di lain sisi, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hamdi Muluk menyoroti terkait isu penyederhanaan parpol. Menurutnya, ihwal itu perlu dipikirkan secara serius sebagai upaya untuk mengoptimalkan peran parpol.

Sebab, sedikit parpol yang mengakar dan berbasis kebutuhan ideologis masyarakat dinilai lebih efektif.

“Catatan demokrasi kita yang serius sampai kapan kita mau memelihara multi partai, ujung-ujungnya KKN. Semua keputusan output-nya tawar menawar. Itu bahayanya,” pungkas Hamdi.