Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Suasana Rusunawa Sombo, Kelurahan Simolawang, Kecamatan Simokerto mencekam, Rabu (20/7/2022). Warga panik berhamburan keluar gedung, sirine berbunyi keras memekakan telinga, sebagai tanda darurat. Tampak puluhan warga menyelamatkan diri menuju ke titik kumpul lapangan yang ada di depan gedung rusunawa.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya Yanu Mardianto mengatakan, suasana mencekam itu merupakan bagian dari simulasi mitigasi bencana alam yang diberikan khusus kepada warga penghuni Rusunawa Sombo Blok H, Kelurahan Simolawang, Kecamatan Simokerto.
Yanu menjelaskan, di kesempatan ini Pemerintah Kota (Pemkot) melalui BPBD Surabaya bersama Wahana Visi Indonesia dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) berkolaborasi memberikan pengetahuan materi dan praktik mitigasi bencana.
“Tujuannya yaitu, ketika terjadi bencana alam warga tidak mudah panik dan tahu cara melakukan mitigasi penyelamatan diri dan pertolongan pertama ketika ada korban,” kata Yanu.
Menurut Yanu pembekalan itu perlu, karena kota besar seperti halnya Surabaya tidak luput dari bencana alam. Selain itu, risiko terjadi bencana alam di perkotaan bisa dibilang tinggi, oleh sebab itu pengetahuan mitigasi ini penting diberikan kepada warga yang masih awam soal kedaruratan.
Dari hasil kajian BNPB, risiko tertinggi bencana di Kota Surabaya itu ada dua, diantaranya gempa bumi dan kebakaran. Sedangkan yang paling rawan terjadi itu kebakaran di tempat padat penduduk seperti di Rusunawa Sombo. Karena itu BNPB Surabaya memberikan pengetahuan cara mudah memadamkan titik api dan bagaimana menyikapi bencana tersebut.
“Bencana dan cuaca ekstrim karena angin puting beliung juga bisa terjadi di perkotaan. Tapi ada dua yang paling berisiko sangat tinggi, salah satunya kebakaran. Karena ini rawan terjadi di lingkungan padat penduduk seperti rusunawa,” ujar Yanu.
Dalam Pelatihan Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) ini, BPBD Kota Surabaya tidak sendiri, tentu juga didampingi oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) untuk memberikan pembekalan selama tiga hari kepada warga. Yang pertama adalah pembekalan materi kebencanaan di kelas mengenai penyelamatan diri dan keselamatan kerja. “Nah yang ketiga ini, kita praktikan dengan simulasi kebakaran dan bencana gempa bumi,” sebut Yanu.
Simulasi mitigasi bencana alam tersebut, lanjut Yanu, rencananya akan digelar secara berkelanjutan, sehingga ketika terjadi bencana, warga tidak mudah panik. Saat simulasi mitigasi bencana, BPBD juga melibatkan Kader Surabaya Hebat (KSH) sebagai tim satgas siaga kebencanaan.
“KSH di wilayah Kelurahan Simolawang, Kecamatan Simokerto ini juga kami libatkan. Setelah mereka paham dan tahu cara mitigasi bencana, harapan kami bisa ditularkan sekaligus melatih warga lainnya. Kader juga bisa menghubungi kami (BPBD) apabila ingin melakukan sosialisasi berikutnya,” paparnya.
Ketika simulasi mitigasi bencana, BPDB Surabaya menerjunkan 20 tim yang terdiri dari DPKP, DP3APPKB, Satpol PP dan DPRKPP Surabaya. Selain itu, juga diikuti 50 orang yang terdiri dari warga Rusunawa Sombo dan KSH di wilayah Kelurahan Simolawang. Dalam simulasi, ada beberapa warga yang berperan sebagai korban bencana gempa bumi dan sebagian lagi menjadi tim penyelamat bersama KSH.
Perwakilan dari mahasiswa FKM UNAIR, Fitria Nurus Sakinah mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Surabaya telah berkolaborasi memberikan pengetahuan keselamatan kerja dan mitigasi bencana kepada warga Rusunawa Sombo. Ia berharap, simulasi mitigasi bencana ini tidak hanya digelar di Rusunawa Sombo saja, akan tetapi juga bisa digelar di rusun lainnya. “Sehingga ketika ada bencana sungguhan mereka (warga) itu siap menghadapinya,” harap Fitria.
Rupanya pengalaman mitigasi bencana ini membuat Siti Khadijah dan Siti Aniyah terkesan. Dua warga Rusunawa Sombo itu menjadi tahu cara menyelamatkan diri ketika terjadi gempa dan melakukan pertolongan pertama ketika terjadi bencana kebakaran.
Saat simulasi, diantara mereka ada yang menjadi korban bencana gempa bumi dan tim penyelamat. Menurut keduanya, pengalaman kali ini sangat membantu dan bisa dijadikan bekal di kemudian hari ketika terjadi bencana sungguhan. “Banyak dapat ilmu tadi, misal cara memadamkan api, kemudian kalau ada gempa bumi kami tahu bagaimana cara menyelamatkan diri dan menangani korban yang terluka,” ucap Khadijah.
Begitu pula dengan Kader Surabaya Hebat Kelurahan Simolawang, Kholifah mengaku, simulasi ini dijadikan pengalaman baru bagi dirinya. Ilmu yang ia dapat saat pembekalan materi dan praktik itu, akan dijadikan pedoman ketika dihadapkan dengan situasi bencana dan kedaruratan.
“Ini menjadi bekal juga bagi kami (Kader Surabaya Hebat) selaku tim satgas siaga bencana. Walaupun sedikit takut, mau tidak mau kami harus berani ketika dihadapkan dengan situasi bencana atau kedaruratan,” tandasnya. (jack)