Surabaya (KN) – Sebanyak 23 daerah yang dinyatakan bersetatus kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah (DBD) itu adalah Kabupaten Sumenep, Kabupaten Jombang, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Sampang.“Tiga daerah baru masuk status KLB yaitu Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Sampang,”kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jatim dr Harsono di Surabaya Selasa (3/2/2015).
Jumlah kasus di Kabupaten Bojonegoro sebelumnya 28 kasus, Kabupaten Blitar 31 kasus dan Kabupaten Sampang 46 kasus, saat ini jumlah kasus meningkat menjadi Kabupaten Bojonegoro 30 kasus, Kabupaten Blitar 53 kasus dan Kabupaten Sampang 74 kasus. Padahal di bulan Januari 2014 jumlah kasus DBD di tiga daerah Kabupaten Bojonegoro 15 kasus,
Kabupaten Blitar 17 kasusdan Kabupaten Sampang 31 kasus.
Dari 38 daerah yang terdata di Dinkes Jatim ada lima daerah yang mendominasi kasus DBD nya yaitu, Kabupaten Sumenep 380 kasus, Kabupaten Jember 297 kasus, Kabupaten Pacitan 198 kasus, KabupatenBondowoso 180 kasus dan Kabupaten Bangkalan 160 kasus. Sebelumnya Januari 2014 jumlah kasus DBD di lima daerah tersebut. Kabupaten Sumenep 50 kasus, Kabupaten Jember 155 kasus, Kabupaten Pacitan 18 kasus, Kabupaten Bondowoso 63 kasus dan Kabupaten Bangkalan 31 kasus.”Kota Mojokerto hingga kini tidak ada kasus DBD nya, sehingga perkembangan nyamuk aedes aegypti hampir tidak ada,”terangnya.
Dari total 3.163 kasus DBD di Jatim ada 53 orang meninggal. Sebelumnya jumlah kasus meninggal akibat gigitan aedes aegypti hanya 49 orang. “Kita berupaya jumlah korban yang meninggal tidak bertambah,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono mengungkapkan, peningkatan penularan penyakit DBD karena beberapa faktor di antaranya pertumbuhan populasi nyamuk yang sangat tinggi.”Penambahan populasi nyamuk ini karena musim penghujan perkembangbiakan nyamuk sangat tinggi,” ucapnya.
Selain hujan, jumlah penduduk di daerah juga mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. terbukti di daerah yang padat penduduknya seperti Surabaya, Sidoarjo dan Gresik jumlah kasus DBDnya tinggi. “Dibandinngkan Blitar dan Situbondo tiga daerah tersebut masih lebih tinggi jumlah kasusnya,”tuturnya. (rif)