KORAN NUSANTARA
Headline indeks Nasional

Angka menyusui di Indonesia turun: Ibu memerlukan dukungan yang lebih mapan

Jakarta (mediakorannusantara.com)  – Pada Pekan Menyusui Sedunia, UNICEF dan WHO mengimbau agar tempat kerja menerapkan kebijakan yang lebih baik.

Tingkat menyusui di Indonesia mengalami penurunan secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, karenanya UNICEF dan WHO menyerukan agar dilakukan lebih banyak upaya untuk melindungi, mempromosikan, dan mendukung pemberian ASI – dengan fokus untuk membantu para ibu yang bekerja.

Pada tahun 2021, kurang dari separuh bayi di Indonesia (48,6 persen) disusui dalam satu jam pertama kehidupan, turun dari 58,2 persen pada tahun 2018. Hanya 52,5 persen yang disusui secara eksklusif dalam enam bulan pertama, yang merupakan penurunan tajam dari 64,5 persen pada 2018.

Selama Pekan Menyusui Sedunia, yang diperingati pada 1-7 Agustus, UNICEF dan WHO mengimbau agar ada dukungan yang lebih besar di tempat kerja bagi ibu yang bekerja agar bisa tetap menyusui secara optimal. Hampir 40 persen tenaga kerja Indonesia adalah perempuan.

UNICEF dan WHO menyerukan agar tempat kerja menerapkan kebijakan cuti melahirkan dan peraturan di tempat kerja yang mendukung pemberian ASI. UNICEF dan WHO juga mendesak tempat kerja untuk memberikan waktu yang cukup dan ruang yang layak bagi para ibu untuk menyusui atau memerah dan menyimpan ASI.

“Mendukung ibu menyusui di tempat kerja lebih dari sekadar bentuk kebaikan– ini adalah investasi untuk kesejahteraan karyawan dan anak-anak mereka,” kata Maniza Zaman, Perwakilan UNICEF Indonesia. “Ketika ada lingkungan yang mendukung dan mengakomodasi praktik menyusui, perempuan dapat unggul di kehidupan profesional dan juga merawat bayi mereka secara optimal, sehingga generasi masa depan dapat terpelihara.”

“Menyusui adalah cara yang terbukti membuat bayi lebih sehat dan membantu mereka tumbuh dengan baik. UU Ketenagakerjaan Indonesia no. 13/2003 mendukung hak perempuan untuk menyusui dan memastikan mereka tidak akan kehilangan pekerjaan karenanya. Mari pastikan kebijakan ini diikuti dan ditegakkan dengan lebih kuat,” ujar Perwakilan WHO Dr N. Paranietharan. “Dengan mendukung pemberian ASI eksklusif di mana pun, termasuk di tempat kerja, kita dapat menyelamatkan nyawa bayi baru lahir dengan mencegah kematian akibat berat badan lahir rendah dan mencegah stunting pada anak.”

Untuk mendukung semua ibu menyusui, UNICEF dan WHO menyerukan tindakan khusus oleh pemerintah dan pemangku kepentingan:

Menerapkan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui di semua fasilitas bersalin. Panduan ini termasuk memberi tahu ibu tentang manfaat menyusui, melatih tenaga kesehatan untuk membantu wanita menyusui dan memastikan ibu dan bayi tetap bersama selama 24 jam sehari selama di rumah sakit.

Memperkuat hubungan antara fasilitas kesehatan dan masyarakat untuk memastikan ibu memiliki akses ke konseling menyusui yang terampil.

Memperkuat, menegakkan dan memantau langkah-langkah hukum untuk mengatur pemasaran susu formula bayi dan pengganti ASI lainnya.

Bukti ekstensif menunjukkan bahwa anak-anak yang disusui mengalami lebih sedikit infeksi masa kanak-kanak dan penyakit kronis, peningkatan IQ, potensi penghasilan lebih tinggi, dan lebih banyak peluang untuk memprioritaskan pendidikan. Menyusui juga melindungi ibu dari kanker payudara dan ovarium serta penyakit jantung. Menyusui juga merupakan jalan menghemat keuangan keluarga sebagai alternatif hemat biaya untuk produk komersial.

Secara global, UNICEF dan WHO merekomendasikan agar ibu mulai menyusui dalam satu jam pertama setelah melahirkan dan menyusui bayi secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan.. (jack)

Related posts

Densus 88 Tangkap Teroris Jaringan Santoso di Luwu Timur

redaksi

Ziarah di TMP Kusuma Bangsa, Wali Kota Eri: Semangat Pahlawan Terus Membara di Hati Arek Suroboyo

kornus

PKS Jatim Silaturahim dengan Gubernur Khofifah, Lanjutkan Semangat Kolaborasi Jatim