KORAN NUSANTARA
Headline indeks Jatim

Anggota Fraksi PDIP DPRD Jatim Dorong Penguatan Pertanian dan Perkebunan untuk Solusi Pembangunan Berkelanjutan

Surabaya (mediakorannusantara.com) – Provinsi Jawa Timur memiliki potensi besar di sektor pertanian dan perkebunan. Namun, potensi ini belum sepenuhnya dikelola dengan baik untuk memberikan kesejahteraan maksimal bagi masyarakat setempat.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Provinsi Jawa Timur, Agus Black Hoe menyoroti pentingnya penguatan sektor pertanian dan perkebunan sebagai upaya untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan di wilayah tersebut.

Utamanya, Agus Black Hoe mengatakan bahwa sektor pertanian dan perkebunan adalah tulang punggung perekonomian masyarakat di Jawa Timur. Kedua sektor itu tidak hanya menyediakan lapangan kerja bagi mayoritas penduduk, tetapi juga menjadi sumber utama pendapatan bagi mereka.

Ia menegaskan bahwa ada beberapa tantangan utama yang dihadapi petani dan pekebun di Jatim. Tantangan tersebut mencakup akses terhadap bibit unggul, infrastruktur pertanian yang kurang memadai, serta fluktuasi harga komoditas yang sering kali merugikan petani.

“Salah satu masalah terbesar yang dihadapi petani di wilayah ini adalah kurangnya akses terhadap bibit unggul dan teknologi pertanian modern. Banyak petani yang masih menggunakan metode konvensional, sehingga produktivitas mereka tidak maksimal. Selain itu, harga komoditas yang tidak stabil sering kali membuat petani sulit merencanakan masa depan mereka,” jelas Agus Black Hoe, Senin (14/10/2024).

Dalam hal ini, Agus yang merupakan anak seorang petani itu menilai pentingnya peran pemerintah untuk memberikan dukungan yang lebih konkret.

“Pemerintah harus hadir dengan kebijakan yang pro-petani. Misalnya, menyediakan akses mudah ke bibit unggul, pupuk berkualitas, dan teknologi yang dapat meningkatkan hasil panen. Selain itu, perlu ada pengaturan harga komoditas agar petani tidak selalu menjadi korban dari fluktuasi pasar,” ujarnya.

Selain masalah akses terhadap bibit dan teknologi, infrastruktur juga menjadi salah satu perhatian utama Agus Black Hoe. Menurutnya, banyak daerah pertanian yang masih kesulitan dalam hal akses transportasi untuk mengangkut hasil pertanian mereka ke pasar.

“Saat musim panen tiba, banyak petani yang kesulitan untuk mengangkut hasil panennya karena akses jalan yang buruk. Ini sangat merugikan karena banyak hasil pertanian yang rusak dalam perjalanan atau terpaksa dijual dengan harga rendah karena kendala distribusi,” katanya.

Agus Black Hoe juga menambahkan, pembangunan infrastruktur yang memadai seperti jalan tani, irigasi yang baik, dan fasilitas penyimpanan hasil panen sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, tanpa adanya infrastruktur yang mendukung, program-program pengembangan pertanian tidak akan berjalan efektif.

Lebih lanjut, selain sektor pertanian, Agus Black Hoe juga melihat potensi besar di sektor perkebunan, terutama untuk komoditas seperti tebu. Menurutnya, perkebunan dapat menjadi solusi jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur mengingat wilayah ini memiliki lahan yang subur dan cocok untuk pengembangan komoditas tersebut.

“Saat ini, kita melihat ada peluang besar dalam pengembangan perkebunan di wilayah ini. Namun, tentu saja, hal ini membutuhkan investasi dan dukungan teknologi yang memadai. Kita perlu mendorong para petani untuk beralih ke komoditas yang lebih bernilai ekonomi tinggi, seperti tebu, serta memberikan pelatihan agar mereka dapat mengelola perkebunan secara lebih profesional,” ujarnya.

Menurut Agus, pengembangan perkebunan ini tidak hanya akan membuka lapangan kerja baru, tetapi juga dapat memberikan sumber pendapatan yang lebih stabil bagi masyarakat di Jawa Timur.

Selain itu, Agus juga menekankan pentingnya inovasi produk untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian dan perkebunan. Ia mendorong para petani untuk belajar mengolah hasil pertanian mereka menjadi produk jadi yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

“Contohnya, kita bisa mengolah hasil pertanian seperti jagung atau singkong menjadi produk olahan seperti tepung atau makanan ringan. Ini akan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi petani dibandingkan hanya menjual hasil pertanian dalam bentuk mentah,” pungkas Agus. (KN01)

 

Related posts

Xi bertemu Prabowo di Beijing, puji kepemimpinan Jokowi

Ditjen Cipta Karya Alokasikan Rp11,4 triliun untuk Infrastruktur IKN

Pangdam V/Brawijaya Minta Masyarakat Perkuat Persaudaraan

kornus