KORAN NUSANTARA
Headline indeks Surabaya

Ada Apa Dibalik Ketidaktegasan Pemkot Atas Molornya Pembangunan Pasar Turi

pembangunan-Pasar-TuriSurabaya (KN) – Pembangunan Pasar Turi molor tidak sesuai dengan waktu yang diharapkan. Padahal, seharusnya tanggal 10 April 2014 lalu, pihak investor PT Gala Bumi Perkasa (GBP) sudah melakukan serah terima dengan para pedagang. Pasalnya, hingga kini pasar yang dibangun sembilan lantai itu belum selesai bangunan fisiknya. Tentu saja, pedagang akan menderita lebih lama lagi.

Pasar Turi dibangun sejak 2007 silam. Mestinya, pada Februari 2014 sudah selesai. Namun diperpanjang hingga April lantaran pembangunan belum selesai. Atas keterlamabatan yang kedua kali, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terkesen tidak tegas. Anehnya, justru seolah-olah melindungi investor dengan dalih pada saat penyerahan lahan kepada investor tertunda atau mengalami keterlambatan selama satu tahun.

“Sebetulnya itu salahnya Pemkot, terlambat satu tahun karena ada masalah-masalah aturan yang harus dipelajari dulu,” ujar Walikota Surabaya, Tri Rismaharini sebelum mengikuti sidang paripurna DPRD Surabaya, Selasa (22/4/2014).

Meski begitu, Walikota Tri Rismaharini mengaku sudah melakukan beberapa upaya untuk mempercepat pembangunan. Salah satunya mengundang investor untuk membicarakan penyelesaian pembangunan pasar tersebut. Hal ini bertujuan mengetahui kendala-kendala teknis di lapangan yang memungkinkan menghambat proses pembangunan.

Selain itu, Pemkot saat ini menunggu hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tentang kontrak dengan kondisi hasil pengerjaan pembangunan pasar. Termasuk juga adanya kemungkinan-kemungkinan penyalahgunaan dana seperti yang dikeluhkan oleh para pedagang. Tidak cukup hanya itu, Pemkot juga menggandeng Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk mengaudit kualitas bangunan.

Sayangnya, ketika ditanya apakah Pemkot telah memberikan sanksi kepada investor terkait molornya pembangunan itu, Tri Rismaharini enggan mejawab. Menurutnya, keterlambatan ini bukan murni karena proses pengerjaan kontraktor yang molor. Tapi juga karena kesalahan Pemkot pada saat penyerahan lahan kepada investor.

Meski kondisi pembangunanya molor, Walikota meyakini pada bulan puasa tahun ini pedagang sudah bisa masuk pasar dan memulai berjualan. Dia tidak ingin pedagang terlantar terlalu lama. Sejak pasar turi terbakar 2007 lalu tidak sedikit pedagang yang kehilangan sumber pendapatan.

Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Surabaya, Tri Setijo Puruwito meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengambil langkah tegas. Menurutnya, Pemkot pantas memberikan sanksi berupa pemutusan kontrak. Sebab, pembangunan Pasar Turi yang molor hingga dua kali sangat merugikan para pedagang.
“Dari awal pembangunannya ini sudah tidak ideal, pemenang tender tidak segera jalan, selain itu pedagang dengan investor tidak ada komunikasi yang baik,” kata Tri Setijo.

Tentu saja, sebelum memutus kontrak, Pemkot terlebih dulu mewarning investor supaya mempercepat penyelesaian. Tri Setijo mencurigai ada “sesuatu” yang tidak baik dibalik melempemnya Pemkot. Sebab, pemerintah terkesan kehilangan taring.

“Ya warning saja, SP 1 dan SP 2, mereka (investor) dipanggil kenapa tidak segera selesai,” tandasnya. (anto)

Related posts

Parkour, Aplikasi Layanan Parkir Digital Karya Mahasiswa ITS

kornus

Indeks Demokrasi Provinsi Jawa Timur Catatkan Angka Lebih Tinggi Dibanding Angka Nasional, Gubernur Khofifah: Alhamdulillah, Demokrasi di Jatim Terjaga Baik dan Kondusif

kornus

BPPTKG Sebut Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi Masih Tinggi