Ketua DPW PKB Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar, didampingi Sekretaris dan Bendahara DPW PKB Jatim Anik Maslachah dan Fauzan Fuadi saat ditemui di Surabaya, Selasa (11/11/2025).
Surabaya (mediakorannusantara.com) – Tiga tokoh besar asal Jawa Timur menerima anugerah gelar pahlawan nasional dari pemerintah. Ketiganya adalah Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, serta aktivis buruh Marsinah.
Penganugerahan gelar tersebut diserahkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (10/11/2025).
Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar, menyampaikan rasa syukur atas penghargaan yang diberikan kepada tiga tokoh asal Jatim tersebut.
“Syukur kehadirat Allah SWT atas karunia gelar pahlawan yang diberikan kepada Syaikhona Kholil Bangkalan, yang kita semua tahu beliau adalah guru dari seluruh kiai di Indonesia, termasuk gurunya Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari, KH Bisri Syansuri, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan kiai-kiai besar lainnya,” ujar Halim dalam acara doa bersama di Kota Surabaya, Selasa (11/10/2025) sore.
Halim menilai, ketiga tokoh asal Jawa Timur tersebut layak mendapatkan gelar pahlawan nasional karena jasa dan nilai perjuangannya yang besar bagi bangsa. “Jadi sangat layak beliau mendapatkan gelar pahlawan,” ujarnya.
Menurut Halim, nilai perjuangan yang diteladankan Syaikhona Kholil dan Gus Dur sangat relevan bagi generasi muda, terutama dalam hal kemanusiaan. “Gus Dur dan Syaikhona Kholil selalu mengedepankan urusan kemanusiaan. Sehingga tidak melihat orang dari sisi apapun selain bahwa itu adalah manusia dan harus dimanusiakan,” ucapnya.
Ia menegaskan, ajaran kemanusiaan yang diwariskan Syaikhona Kholil diteruskan oleh para santrinya. Termasuk Gus Dur yang merupakan santri dari generasi cucu Syaikhona.
“Agamanya tidak perlu dibahas, kulitnya tidak perlu didiskusikan, pekerjaannya apalagi. Pokoknya tidak ada sekat-sekat ketika kita bicara tentang kemanusiaan,” tambahnya.
Selain itu, Halim juga menyinggung perjuangan Marsinah, aktivis buruh perempuan yang gugur saat memperjuangkan hak-hak pekerja di masa Orde Baru.
“Misalnya salah satu yang disampaikan oleh kakaknya Marsinah kepada Pak Presiden, bagaimana kita tahu hapus outsourcing. Ini termasuk bagaimana buruh itu mendapatkan kepastian nasib,” katanya.
Ia menjelaskan, sistem outsourcing seringkali membuat buruh kehilangan kepastian dan hak-haknya karena tidak memiliki hubungan langsung dengan pemilik perusahaan.
“Karena tuannya adalah mereka yang bekerjasama dengan pemilik, tapi bukan pemilik langsung. Tentu berbeda, sama ketika kita bekerja tapi tuan kita enggak jelas,” ujarnya.
Halim juga mengingat perjuangan Marsinah pada 1993 saat memimpin demonstrasi untuk menuntut kenaikan upah buruh.
“Beliau 1993 memimpin demo untuk menaikkan upah buruh, tapi kemudian mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi pada saat itu,” ujarnya.
Menurutnya, Marsinah sempat hilang selama dua hari setelah mendatangi lokasi advokasi buruh yang ditangkap. Ia kemudian ditemukan dalam keadaan meninggal dunia dengan kondisi yang memprihatinkan.
“Nah, itulah Marsinah. Makamnya di Nganjuk. Jadi tokoh buruh kita pada saat itu, dan Alhamdulillah kemarin juga mendapat gelar pahlawan,” kata Halim.
Ia menegaskan, ketiga tokoh asal Jawa Timur itu merupakan teladan perjuangan dalam bidang keagamaan, kemanusiaan, dan keadilan sosial.
“Jadi dari Jawa Timur ada tiga, dan itulah rasa syukur kita hari ini untuk mendoakan beliau bertiga dengan membaca tahlil dan berselawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,” ucapnya.
Selain doa bersama, Halim menuturkan bahwa kegiatan ini juga dirangkai dengan Musyawarah DPW PKB Jawa Timur. “Sekaligus juga kita melaksanakan musyawarah pimpinan wilayah Jawa Timur. Saya kira itu apa yang kita lakukan hari ini,” pungkas Halim. (KN01)
