Surabaya (KN) – Pembangunan gedung SMPN baru di Jl Siwalankerto Rusun, yang dijadwalkan sesuai kontrak antara Pemkot dan kontraktor pemenang lelang lelang PT. RACHMA UTAMA itu selesai pada Oktober 2014 dipastikan tak mungkin terwujut. Dari hasil pantauan di lapangan, pembangunan yang dimulai bulan Januari ini baru dikerjakan sekitar 30 persen. Parahnya lagi tenaga proyek sesuai senilai Rp 6,4 miliar itu hanya ada empat orang dan satu mandor saja. Sementara tenaga ahli dari konsultan pengawas dari PT ARYATAMA DUTA CIPTA selaku pemenang biaya pengawasan Manajemen Konstruksi (MK) senilai Rp 330 juta tak pernah ada dilapangan.
Hal ini membuat Komisi C DPRD Surabaya pada saat sidak, Selasa (22/6/2014) lalu geram. Pasalnya pembangunan yang dikerjakan PT Rachma Utama itu dikerjakan sejak Januari 2014 dengan nilai proyek Rp6,4 miliar itu terkesan asal-asalan. Masih dicari tahu apakah ada penyimpangan dari proyek itu. Saat didatangi rombongan sidak komisi C, di lokasi tak ada tenaga pengawasnya. Dilokasi proyek miliaran rupiah itu tak ada alat berat penunjang pengerjaan maupun material seperti bata merah, semen batu maupun material penunjang lainya, bahkan tampak sepi-sepi saja karena tukangnya hanya tampak empat orang saja. Ini jelas mengesankan kalau pengawasan proyek pemkot sangat lemah.
Pemkot Surabaya harus meningkatkan pengawasan pada proyek pembangunan fisik gedung sekolah. Akibat kurangnya pengawasan, menyebabkan pembangunan asal-asalan. Bahkan yang terparah, pembangunannya molor.
Tak hanya itu, pembangunan sarana pendidikan berupa gedung sekolah yang diharapkan wargapun banyak yang bermasalah. Selain banyak pembangunan sekolah rusak tidak berlangsung cepat atau tepat waktu, kini malah pembangunan sekolah banyak yang amburadul.
“Kami ingatkan Pemkot soal itu. Kalau tahun lalu banyak pembangunan sekolah tak selesai, sementara, pembangunan gedung SMP di Siwalankerto sakarang ini tampak asal-asalan karena pembangunannya hanya dikerjakan tukang bangunan kurang dari 10 orang,” ujar Simon Lekatompessy, wakil ketua Komisi C DPRD Surabaya.
Sementara Sukardi yang mengaku sebagai perwakilan kontraktor pelaksanan berjanji jika proyek itu bisa selesai pada Oktober 2014. Pihaknya akan menambah pekerja, dengan alasan waktu itu banyak tenaga tukan yang pulang karena hajatan menjelang puasa.
Tetapi Janji Sukardi itu tak dipenuhi dan diduga hanya mengkelabui anggota dewan saat sidak saja. Sebab dari pantauan Koran ini, Kamis (26/6/2014) siang, kondisi proyek itu masih adem ayem tak ada peningkatan kegiatan maupun tenaga kerjanya. bahkan material maupun alat berat penunjangpun tak terlihat, ada sekitar empat orang yang mondar mandir dilokasi proyek itu.
Anggota Komisi C Agus Sudarsono meminta kepada pemkot untuk memerketat pengawasan pada proyek pembangunan. Jangan sampai proyek dibiarkan jalan sendiri tanpa pengawasan. Akibatnya, kalau ada penyimpangan, yang rugi pemkot sendiri.
“Sekolah itu dibangun tiga lantai, saat ini saja terlihat biasa saja alias tak berjalan normal. Apa bisa selesai pada Oktober untuk bangunan tiga lantai itu? Konsultannya juga harus bekerja jangan dibiarkan begitu saja. Masak konsultan senilai Rp 330 juta tak pernah nongol dilapangan. Masalah ini akan segera kami hearingkan,” janji Agus Sudarsono.
Agus sudarsono juga minta Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya bersikap tegas. Selama ini kontraktor maupun konsultan pengawas hanya dikasih teguran, dikenai denda keterlambatan atau hanya di blacklis saja jika mereka tak bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai perjanjian kontrak. ” Saksi itu yang memberi peluang kontraktor maupun konsultan pengawan seenaknya dalam melaksanakan pekerjaa dan tak ada efek jeranya. Saksinya enteng paling hanya ditegur , didenda paling berat di blacklis saja,” sesalnya.
Politisi Partai Golkar ini kembali menegaskan, DCKTR harus benar-benar mengambil langkah tegas terhadap rekanan pemenang lelang yang melaksanakan pekerjaan asal-asalan. “Jangan hanya diberi saksiteguran, denda dan blacklis, jika perlu dipidanakan karena mereka telah mengingkari perjanjian kontrak,” tegas Agus Sudarsono. (anto)