KORAN NUSANTARA
ekbis indeks

Pemprov Jatim Siapkan Beras Analog Sebagai Bahan Pangan Alternatif

berasSurabaya (KN) – Ancaman terjadinya krisis pangan kian santer didengungkan. Salah satu faktor penyebabnya, yakni adanya anomali iklim yang terjadi beberpa waktu terakhir ini. Guna mengantisipasi dampaknya pada terjadinya krisis pangan, kini Pemprov Jatim melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) menyiapkan alternatif pangan, yakni berupa beras analog yang terbuat dari tepung mocaf (modified cassava flour) atau produk olahan dari ubi kayu berupa tepung.

Kepala Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan BKP Jatim, Ir Apriyanto MM saat ditemui, Selasa (7/6) mengatakan, beras analog ini merupakan produk olahan yang dibuat dengan bahan dari 70 persen mocaf dan 30 beras. Untuk bentuknya, campuran bahan tersebut dicetak hingga menyerupai bulir beras, sehingga masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi beras bisa menjadikan beras analog ini menjadi bahan konsumsi pengganti.

Apriyanto menjelaskan, rekayasa pangan alternatif yang dikerjasamakan dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember ini dilakukan karena kebanyakan masyarakat Indonesia banyak yang mengkonsumsi beras. Namun, ke depan tak menutup kemungkinan bisa terjadi keterbatasan beras karena jumlah lahan yang semakin berkurang.

Untuk pelaksanaannya, kini pihaknya telah melakukan riset pengembangan beras analog yang dilakukan sejak awal 2011. Rencananya pada Oktober mendatang, hasil beras analog dipamerkan baik skala regional atau nasional saat peringatan Hari Pangan Sedunia. “Riset telah dilakukan. Yang terpenting adalah beras analog harus memenuhi syarat gizi triguna, yakni mengandung protein sebagai zat pembangun, sayur dan buah-buahan sebagai zat pengatur, dan karbohidrat sebagai sumber energi,” katanya.

Beras analog yang masih baru dan belum gerlalu dikenal masyarakat, kini juga perlu disosialisasikan. Dengan begitu, maka beras analog bisa lebih dikenal dan dikonsumsi masyarakat agar ketergantungan konsumsi beras masyarakat dapat terus berkurang. Pengembangan mocaf yang juga sebagai alternatif pengganti tepung gandum juga terus digalakkan oleh Dinas Pertanian (Distan) Jatim, seperti di Trenggalek cukup sukses dan kini telah menjadi proyek percontohan nasional.

Kepala Bidang Pengolahan Hasil Pertanian Distan Jatim, Ir Bambang Heryanto mengatakan, Jatim kini dipercaya sebagai Provinsi penghasil mocaf, terutama Trenggalek yang sukses memproduksi dalam jumlah besar. Bahkan, hasil dari Trenggalek telah dipasarkan hingga ke daerah lain di Jatim dan Jawa Tengah untuk bahan baku pembuat mi instan.

Tahun lalu, pemerintah pusat juga telah mengalokasikan dana Rp 5 miliar untuk pengembangan tepung mocaf di Jatim. Dana tersebut dilakukan dalam bentuk pemberdayaan dan pembangunan pabrik pengolah tepung mocaf yang berbasis industri rumah tangga.

Untuk itu, bahan alternatif ini, Distan menargetkan ketergantungan masyarakat pada tepung hasil olahan gandum secara perlahan bisa tereduksi. “Jatim mesih belum bisa memproduksi tepung gandum lebih besar, karena bahannya sulit di dapat dan masih impor,” ungkapnya.

Ini dikarenakan gandum selama ini banyak diproduksi di daerah sub tropis dan di Jatim hanya bisa diproduksi di dataran tinggi. Kendalanya, daerah dataran tinggi di Jatim lahannya telah banyak digunakan untuk menanam sayur dan untuk gandum masih sangat terbatas. Walau langka selama ini gandum memang masih menjadi favorit bagi produsen tepung khususnya yang memproduski produk mi instan. Guna untuk memenuhi kebutuhan gandum ini, Jatim pertahun harus mengimpor gandum dari berbagai negara sebanyak 6-7 juta ton.

Sementara untuk membuat mocaf, bahan baku ubi kayu di Jatim cukup melimpah dan mudah diperoleh. “Jika bisa diganti dengan mocaf yang kualitasnya tak kalah baiknya, maka ke depan nantinya Jatim tak lagi perlu mengimpor gandum lagi,” ujarnya.

Jawa Timur memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan mocaf, karena memiliki lahan ubi kayu yang sangat luas. Tahun 2010 lalu sasaran produksi ubi kayu mencapai 3.642.000 ton yang dikembangkan dari lahan seluas 239.760 ha dengan produktivitas 158.23 kuintal/ha. Lahan-lahan tersebut tersentra di enam kabupaten, antara lain Kabupaten Pacitan 37.000 ha, Ponorogo 23.000 ha, Trenggalek 20.000 ha, Sampang 17.000 ha, Malang 20.000 ha, dan Sumenep 16.000 ha.

Dari potensi produksi tersebut, saat ini sebagian besar pemanfaatannya dikonsumsi dalam bentuk barang mentah belum dalam bentuk olahan. Kalaupun sudah menjadi bahan baku industri, namun hal itu adalah sebagai bahan energi bio etanol.

Tahun lalu, pihaknya telah mengembangkan mocaf di tujuh kabupaten, yakni Trenggalek, Pacitan, Blitar, Ponorogo, Malang, Kediri, dan Tulungagung. Sebelumnya, pengembangan tepung hanya dilakukan di Trenggalek, karena telah memiliki satu pabrik pengolahan tepung. (yok)

Related posts

Kementan – Kemendes Sinergi Manfaatkan Dana Desa untuk Ketahan Pangan

Indonesia & Arab Saudi Tetapkan Idul Adha 1 September

kornus

RPH Surabaya Amankan 1/2 Ton Daging Sapi Diduga Glonggongan Asal Luar Kota

kornus