KORAN NUSANTARA
Headline indeks Jatim

Pemprov Jatim Berkomitmen Lindungi Masyarakat dari Bahaya Nuklir

Surabaya (MediaKoranNusantara.com) – Pemanfaatan energi nuklir banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti bidang kesehatan, pertanian dan industri. Akan tetapi minimnya pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tenaga nuklir menyebabkan mereka tidak menyadari bahaya radiasi nuklir.Oleh karena itu, untuk melindungi dan mengedukasi masyarakat akan radiasi nuklir, Pemprov Jatim bekerjasama dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) akan melakukan pengawasan pemanfaatan ketenaganukliran di Jatim.

“Tugas pemerintah menyosialisasikan kepada masyarakat, sehingga MoU ini sebagai bentuk tanggungjawab kita sebagai pemerintah untuk melindungi masyarakat dari bahaya nuklir,” terang Gubernur Jatim Soekarwo saat acara Penandatanganan Nota Kesepahaman/MoU antara Bapeten dengan Pemprov Jatim di Hotel Bumi Surabaya, Senin (27/11/2017).

Menurut Pakde Karwo, sapaan lekat Gubernur jatim Soekarwo, energi nuklir bermanfaat bagi umat manusia karena selain efisien, energi ini bisa mengatasi kelangkaan energi.  Menurutnya, di Jatim ada energi listrik namun ongkosnya sangat mahal. Kapasitas pembangkit di Jatim sendiri sebesar 8.860 MW yang digunakan untuk memenuhi beban puncak 4.995 MG sehingga surplus energi pembangkit Jatim sebesar 3.865 MW. Surplus ini dimanfatkan untuk memenuhi kebutuhan Jateng, Jabar dan DKI Jakarta sebesar 2.332 MW dan Bali sebesar 334 MW. “Efisiensi nuklir membuat kita tidak perlu subsidi,” terangnya.

Menurutnya, energi nuklir di Jatim dimanfaatkan untuk tiga hal. Pertama di bidang kesehatan tenaga nuklir biasa dimanfaatkan untuk alat rontgen maupun radio therapy. Di bidang pertanian, tenaga nuklir dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan varietas padi unggul dan murah. Padi jenis ini juga dianggap tahan terhadap organisme pengganggu tanaman.

Kemudian di bidang industri, tenaga nuklir salah satunya dimanfaatkan pada proses irradiasi makanan untuk pengawetan maupun digunakan memeriksa ketebalan kertas pada proses produksi. “Share industri kita terbesar kedua di Indonesia yakni sebesar 21,08 persen, sehingga pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri sangat penting,” terangnya.

Ketiga hal tersebut, lanjutnya, membuat Pemprov Jatim terus aktif melakukan pengawasan dan menyosialisasikan bahaya nuklir karena menyangkut keselamatan kerja yang menjadi bagian dari UU Ketenagakerjaan. “Ini masalah serius, tanggungjawab ini tidak bisa diberikan kepada orang lain, tidak ada alasan pemerintah menolak dengan alasan UU belum ada,” katanya.

Dalam kesempatan ini, dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara Bapeten dengan Pemprov Jatim terkait dengan peningkatan pengawasan keselamatan dan keamanan pemanfaatan ketenaganukliran di Jawa Timur. Serta, perjanjian kerjasama antara Biro Hukum dan Organisasi Bapeten dengan Balitbang Jatim tentang pelaksanaan edukasi dan informasi publik dalam rangka peningkatan pengawasan keselamatan dan keamanan pemanfaatan ketenaganukliran di Jawa Timur.

Jatim sebagai Pilot Project

Sementara itu, Kepala Bapeten Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc, IPU mengatakan, Provinsi Jatim di Tahun 2017 ini dijadikan sebagai pilot project keselamatan nuklir di Indonesia. Hal ini dikarenakan Jatim sebagai pengguna energi nuklir terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Untuk itu, ia menyambut baik MoU ini yang merupakan usulan dari Pemprov Jatim.

 Jazi mengatakan, Bapeten akan melakukan pengawasan dan verifikasi terhadap instansi yang menggunakan tenaga nuklir, salah satunya rumah sakit. Setelah verifikasi, Bapeten akan menempelkan stiker hijau untuk hasil penilaian yang baik, kuning untuk sedang dan merah untuk penilaian kurang. “Jadi masyarakat bisa melihat bila stikernya hijau berarti aman, kalau stikernya merah, masyarakat jangan datang ke RS tersebut,” katanya.

 Menurutnya, saat ini instansi di Jatim yang menggunakan teknologi nuklir sebanyak 368 instansi medik dan 612 sumber radiasi pengion. Serta di bidang industri, ada 135 industri dan 455 izin sumber radiasi pengion. Sedangkan salah satu RS di Jatim yang pernah memperoleh penghargaan Safety Award dari Bapeten adalah RS. Dr. Soetomo.

 Ke depan, Jazi menargetkan agar semua RS dan industri di Jatim terverifikasi baik dengan stiker berwarna hijau. “Untuk itu kami mengharapkan dukungan Bapak Gubernur agar seluruh instansi medik dan industri di Jatim terverifikasi baik,” pungkasnya. (KN04/dw)

 

Related posts

Dihadiri Ratusan Kyai dan Habaib, Pemkot Surabaya Gelar Salawat bersama di Balai Kota

kornus

15 Perwira Tinggi TNI Naik Pangkat

kornus

Peringkat ITS Naik dalam QS World University Rankings by Subject 2022

kornus