KORAN NUSANTARA
ekbis indeks Surabaya

Pemotongan Sapi di RPH Surabaya Menurun

Surabaya (KN) – Mahalnya harga daging di pasar saat ini tak lepas dari harga hewan sapi yang mahal. Saat ini, harga sapi untuk bobot hidup mencapai Rp32-33 ribu per kilogram, sehingga harga jual daging di pasar menjadi lebih mahal mencapai Rp80 ribu per kilogram. Mahalnya harga sapi tersebut berdampak pada jumlah sapi yang dipotong di RPH (rumah pemotongan hewan) Surabaya. “Jika lima bulan lalu jumlah sapi yang dipotong di RPH Pegirikan rata-rata per hari mencapai 250 ekor, kini hanya 150 ekor. Di RPH Kedurus jika dulu mencapai 90 ekor per hari kini hanya 50-60 ekor saja. Penurunan terjadi sekitar 40 persen,” kata Direktur Jasa dan Niaga RPH Kota Surabaya, Lutfi Rachmad saat dikonfirmasi wartawan, Senin (10/12).

Ia mengatakan, penurunan jumlah sapi yang dipotong tersebut bukan karena stok sapi yang tidak ada, melainkan karena gejolak kenaikan harga sapi yang cukup tinggi. Setiap harinya, stok sapi yang ada dikandang RPH mencapai 400 ekor, tapi yang dipotong hanya sekitar 50 persennya saja. “Banyak pedagang dan jagal sapi mengurangi jumlah sapi yang dipotong, karena harga sapi hidup terlampau tinggi, sehingga harga jual daging di pasar juga lebih mahal,” katanya.

Para pedagang, lanjut Lutfi, banyak yang mengeluhkan mahalnya harga sapi hidup. Sehingga, rata-rata pedagang hanya memotong sapi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan saja, seperti untuk dijual di konsumen rumah tangga dan restoran yang jumlahnya tidak mengalami perubahan.

“Para jagal memotong sapi hanya untuk memenuhi stok kebutuhan pelanggan. Kalau tidak, mereka (jagal) khawatir pelanggan beralih ke orang lain,” ujarnya. Dari informasi para jagal dan pedagang, ujar Lutfi, kini penurunan pelanggan daging banyak terjadi untuk penjual bakso. “Berdasarkan perhitungan dari pesanan yang diterima jagal, permintaan pembelian daging sapi oleh bakulan bakso kini turun sampai 30 persen,” tuturnya.
Guna menekan angka penurunan volume sapi yang dipotong, pihaknya juga terus memberikan imbauan dan sosialisasi pada para pedagang dan jagal agar meningkatkan jumlah sapi yang dipotong. “Kami sudah mengimbau, tapi kami tidak bisa memaksa para jagal untuk memotong lebih banyak,” katanya.

Mereka (jagal), ujar Lutfi, telah mencoba memotong dalam jumlah yang lebih banyak namun, malah merugi, karena harga jual di pasar yang juga menjadi mahal tak terbeli oleh masyarakat. “Ada jagal yang sampai jual mobil untuk tambah modal, tapi tetap akhirnya rugi,” katanya.

Lutfi menambahkan, kenaikan harga sapi hingga berdampak pada mahalnya daging sapi di pasar tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. “Biasanya, grafik kenaikan dan penurunan harga masih fluktuatif dan tergolong normal. Namun, sekarang kenaikan harga berkepanjangan, sehingga harga masih sulit stabil,” tuturnya. (ms)

Related posts

Kilang Minyak Pertamina RU V Balikpapan Terbakar

redaksi

Helikopter TNI Perkuat Pengamanan KAA

kornus

Bank Indonesia Apresiasi cara Banyuwangi Pemulihkan Ekonomi