KORAN NUSANTARA
Headline indeks Surabaya

Jejak dan Kiprah 10 Tahun Kepemimpinan Tri Rismaharini Sebagai Walikota Surabaya

Surabaya (MediaKoranNusantara.com)– Dr.(H.C.) Ir. Tri Rismaharini  atau yang lekat disapa Risma, dia adalah perempuan pertama yang menjadi Walikota Surabaya di Jawa Timur. Risma yang pada 20 Nopember 2020 ini tepat berusia 59 tahun telah menduduki jabatan Walikota Surabaya  dua periode yang saat ini hampir 10 tahun.

Risma menjalani masa jabatan pertama sebagai Walikota Surabaya, 28 September 2010 hingga 28 September 2015. Pada waktu Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) tahun 2015, Risma kembali terpilih untuk masa jabatan ke dua. Pelantikan Risma yang berpasangan dengan Wisnu Sakti Buana sebagai  wakil walikota, berlangsung 17 Februari 2016. Sehingga dengan demikian, masa jabatannya akan berakhir pada 17 Februari 2021.

Terpilihnya Risma menjadi walikota Surabaya ini, ada hal yang unik.  Saat mengikuti pemilihan umum secara langsung di tahun 2015 itu, Risma berpasangan dengan Walikota Surabaya sebelumnya yakni Bambang Dwi Hartono. Karena ada aturan, kepala daerah  tidak boleh dipilih kembali pada  jabatan yang sama, apabila sudah dua kali mendududuki jabatan tersebut. Bambang DH,  sebutan untuk Bambang Dwi Hartono  “dianggap” sudah menduduki  dua periode.

Bambang DH sebelumnya adalah wakil walikota. Karena Walikota Surabaya, Sunarto Sumoprawiro meninggal pada tahun 2002, otomatis Bambang DH meneruskan masa jabatan Sunarto Sumoprawiro yang tersisa dua tahun hingga 2004. Pada Pilkada 2005, Bambang DH berpasangan dengan Arif Afandi, mengakhiri masajabatannya tahun 2010. Nah, pada tahun 2010 itu, tampillah Risma sebagai Walikota dengan Wakil Walikota Bambang DH.  Namun di tengah masa jabatan, Bambang DH mengundurkan diri pada 14 Juni 2013 karena maju sebagai calon Gubernur Jawa Timur pada Pilkada Jawa Timur 2013.

Rismayang ditinggal Bambang DH kemudian diganti oleh Whisnu Sakti Buana, sebagai wakil walikota Surabaya, hingga 2015. Pasangan Risma-Whisnu pada Pilkada 2015, menang. Tetapi baru dilantik 17 Februari 2016. Sehingga masajabatan Risma-Whisnu baru berakhir 17 Februari 2021.

Sebelum menjadi walikota, Risma adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Sebagai alumnus ITS (Istitut Teknologi Sepuluh November) Surabaya, Risma mengawali pekerjaannya sebagai Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (1997). Berlanjut menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya (2001), Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya (2001), Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002), Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005), Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2005), Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2008), serta menjadi Walikota Surabaya (2010-2015 dan 2016-2021).

Pencetus Lelang Sistem e-procurement

Setelah menduduki jabatan orang pertama di jajaran Pemerintahan Kota Surabaya, tahun 2015, Risma langsung “tancap gas”. Bagaimanapun juga, sebagai orang yang sejak tahun 1996, saat walikotanya Sunarto Sumoprawiro, Risma sudah berpengalaman mengelola berbagai kegiatan di Pemkot Surabaya. Nama Risma mulai dikenal melalui mediamassa saat menduduki jabatan Kepala Bagian Bina Program Pembangunan, tahun 2002. Saat itu nama Risma “melejit” sebagai pencetus lelang elektronik. Atau lebih dikenal dengan tender terbuka secara online yang disebut sistem e-procurement. Dan ini, pertamakali dilaksanakan di Pemerintahan Daerah di Indonesia.

Kepeloporan Kota Surabaya menerapkan lelang sistem e-procurement itu, memang tidak terbantahkan. Apalagi, Surabaya kemudian dijadikan “guru” untuk belajar oleh berbagai kota dan kabupaten, juga ada pemerintahan provinsi di Indonesia. Lelang terbuka model Surabaya itu akhirnya diikuti seluruh pemerintahan daerah, sampai instansi pemerintahan lainnya. Pemerintah pusat pun mengakui kepeloporan Kota Surabaya dalam penerapan lelang terbuka dengan sistem e-procurement ini.

e-procurement memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem lama yang masih manual. Dengan e-procurement, masyarakat dapat memantau segala perkembangan paket-paket pekerjaan yang dilelang Pemkot Surabaya secara transparan. Masyarakat juga dapat mengetahui pemenang tender dan nilai proyek. Caranya, tinggal mengakses situs Lpse.surabaya.go.id. Wali Kota juga dapat memantau sejauh mana perkembangan lelang dengan mudah, sehingga kecurangan sekecil apa pun akan diketahui.

Sistem e-procurement juga mempermudah proses penelitian dokumen. Panitia pengadaan dapat melakukan evaluasi kualifikasi dan penawaran secara cepat dan akurat dengan bantuan aplikasi. Sejak pemberlakuan e-procurement, penggunaan kertas kerja tidak lagi diperlukan, sebab persyaratan dokumen lelang telah diunggah ke internet.

Seluruh sistem kerja e-procurement dilakukan secara elektronik. Termasuk, penagihan dan pembayarannya pun melalui transaksi elektronik atau dikenal sebagai e-payment. Rekanan hanya butuh bertemu sekali untuk proses verifikasi berkas setelah memenangi tender.

Adipura Kencana Kembali

Kepopularan Risma tambah “meroket”, saat dia dipercaya menduduki jabatan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya tahun 2005. Surabaya benar-benar menjadi kota yang hijau royo-royo. Berkat tangan dingin Risma sebagai Kepala DKP Kota Surabaya,  Piala Adipura Kencana yang merupakan predikat Surabaya sebagai Kota Raya “terbersih” di Indonesia kembali direbut. Terakhir Kota Surabaya tercatat sebagai pemegang rekor Peraih Penghargaan Adipura Kencana, sepuluh kali berturut-turut sejak tahun 2010.

Risma menyebut piala Adipura Kencana yang diterima Kota Surabaya itu adalah berkat kedisiplinan warga kota dalam merawat dan menjaga kebersihan lingkungan. Jadi, prestasi nasional itu adalah milik warga Kota Surabaya, katanya.

Walikota Risma saat melakukan kerja bakti pengerukan saluran di kawasan Ampel Jl penggirian Surabaya

Kalau dilihat sejarahnya, Surabaya memang merupakan Kota Terbersih Tingkat Kota Raya pertama di Indonesia. Sebelumnya, di zaman Orde Baru, Kota Surabaya berhasil meraih penghaegaan Adipura sejak pertamakali tahun 1988, sampai tahun 1997. Dari 10 kali menerima penghargaan Adipura, delapan dengan kategori Adipura dan dua Adipura Kencana. Namun penganugerahan Piala Adipura sempat terhenti di awal era reformasi. Tetapi tahun 2005 diadakan kembali. Tahun 2007, 2008 dan 2009 Surabaya berhasil merebut Piala Adipura dan di tahun 2010, berhasil meraih Adipura Kencana. Begitu seterusnya hingga tahun 2020 ini.

Tidak hanya di tanahair Indonesia, kepemimpinan Risma juga tercatat menjadikan Kota Surabaya sebagai yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012. Surabaya dinilai terbaik versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.

Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Risma, tahun 2013 juga memperoleh penghargaan tingkat Asia-Pasifik yaitu Future Government Awards 2013 di dua bidang sekaligus yaitu data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik.

Popularitas Risma di di dunia semakin meningkat. Sehingga, pada Februari 2014, Tri Rismaharini dinobatkan sebagai Mayor of the Month atau walikota terbaik di dunia untuk bulan Februari 2014 atas keberhasilannya selama memimpin Kota Surabaya sebagai kota metropolitan yang paling baik penataannya. Selain itu, akhir tahun 2014, Surabaya menerima penghargaan internasional Future City versi FutureGov untuk Surabaya Single Window (SSW). Penghargaan ini diberikan untuk sistem pelayanan kemudahan izin investasi Kota Surabaya.

Kemudia pada Februari 2015, Tri Rismaharini dinobatkan sebagai walikota terbaik ketiga di dunia versi World City Mayors Foundation atas keberhasilannya dalam mengubah wajah Kota Surabaya dari yang kumuh penataannya menjadi kota yang lebih hijau dan tertata rapi. Penghargaan ini diberikan kepada Risma karena dianggap sebagai figur enerjik yang antusias. Risma mempromosikan  kebijakan sosial, ekonomi dan lingkungan secara nasional maupun internasional, serta dinilai berhasil memanfaatkan lahan mati dan menyulapnya menjadi taman kota.

Ada lagi, pujian yang dianggap luar biasa kepada Risma, yaitu“keberaniannya menutup kawasan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara”. Dengan dukungan para ulama dan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo waktu itu, Risma tak gentak menghentikan segala kegiatan prostitusi di Gang Dolly, Jarak, Putat Jaya, Surabaya.

Kemudian di bulan Maret 2015, nama Tri Rismaharini masuk dalam jajaran 50 tokoh berpengaruh di dunia versi majalah Fortune  bersama dengan tokoh-tokoh lain seperti CEO Facebook  Mark Zuckerberg, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan tokoh lainnya.

Risma dinilai berhasil melakukan banyak terobosan luar biasa di Surabaya tentang lingkungan, dan ia juga dinilai telah berhasil mengubah kota besar dengan jutaan penduduk yang sarat polusi, kemacetan, dan kekumuhan menjadi kota metropolitan yang tertata, kaya akan taman lanskap dan ruang hijau lainnya. Risma juga dinilai berhasil mengubah banyak lahan pemakaman gersang menjadi ruang penyerapan air sehingga dapat menangkal banjir.

Atas keberhasilannya membangun kembali citra kota Surabaya menjadi tertata rapi dan manusiawi, serta prestasinya sebagai kepala daerah yang mengabdikan diri kepada rakyat, pada tanggal 13 Agustus 2015, Tri Rismaharini menerima anugerah tanda kehormatan Bintang Jasa Utama dari Presiden Joko Widodo bersama 14 tokoh lain di Istana Negara, Jakarta. Bintang Jasa Utama adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga negara sipil.

Masih di tahun 2015, pada bulan November, Risma memperoleh penghargaan anti korupsi dari Bung Hatta Anti Corruption Award. Ia memperoleh penghargaan ini bersama dengan Bupati Batang, Jawa Tengah Yoyok Riyo Sudibyo. Penghargaan ini diperoleh karena selama menjabat sebagai wali kota Surabaya, Risma dinilai berhasil membangun Surabaya menjadi kota cantik dan tertata serta mengembangkan sistem e-procurement (lelang pengadaan barang elektronik) agar proses pelelangan menjadi transparan dan bebas korupsi.

Risma juga dinilai berhasil membangun sistem e-goverment di Surabaya yang menyebabkan kontrol pengeluaran dinas-dinas menjadi lebih mudah, mencegah praktik korupsi, dan menghemat anggaran 600-800 miliar rupiah tiap tahunnya.

Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini, pada  9 Juli 2018, menerima penghargaan Lee Kuan Yew City Prize bersama dengan Kota Hamburg, Jerman; Kota Kazan, Rusia dan Kota Tokyo, Jepang. Penghargaan ini diperoleh karena Surabaya dianggap sebagai salah satu kota besar di dunia yang mampu mempertahankan dan mengelola kampung di tengah kota dengan manajemen pemerintah dan partisipasi masyarakat yang sangat baik di tengah laju pembangunan kota yang semakin berkembang dengan pesat.

Presiden Asosiasi Asia-Pasifik

Kiprah Tri Rismaharini, tidak sekedar mengangkat nama Kota Surabaya, tetapi pribadinya juga semakin disegani. Pada tanggal 14 September 2018 dalam Kongres UCLG-ASPAC (United City and Local Government Asia Pasific) 2018, yaitu Asosiasi Pemerintah Kota dan Daerah Se-Asia Pasifik di Surabaya, Tri Rismaharini terpilih secara aklamasi menjadi Presiden UCLG-ASPAC untuk masa bakti 2018-2020. Risma menggantikan Gubernur Provinsi JejuKorea Selatan, Won Hee-ryong.

Pada 30 September 2019, Risma kembali mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari Tongmyong Univercity.Busan, Korea Selatan atas profesionalisme dan dedikasinya di bidang arsitektur. (S. Wanto)

Related posts

Jatim Raih Predikat Provinsi Terbaik Penyelenggaraan Pemda, Gubernur Khofifah Tegaskan ASN Soal Nawa Bhakti Satya dan IKI Terus Dijalankan

kornus

Pegawai RSUD Al-Ihsan Baleendah Bandung Demo, Pelayanan Terganggu

redaksi

Arumi Harapkan Gemarikan Bantu Percepatan Penurunan Angka Stunting di Tulungagung

kornus